kievskiy.org

Tukang Cukur DPR Pelajari Teknik Memijat

ANGIN sepoi-sepoi yang berembus melewati leher terasa menyejukkan pagi itu. Bayangan daun-daun di tanah serta udara segar di bawah pohon rindang menambah ketenangan saat dipotong rambut di sana. 

Seorang lelaki berusia 45 tahunan tak segan mengarahkan kepala saya dengan kedua tangannya yang memegang gunting cukur khusus serta sisir berminyak di tangan satunya.

Lokasinya yang berada tepat di bawah pohon, membuat mereka dijuluki tukang cukur DPR, singkatan dari di bawah pohon rindang. Sambil menikmati suasana pasar tumpah di dekat Taman Cibeunying, Kota Bandung, tukang cukur bernama Yoyo itu menceritakan pengalaman hidupnya hingga keluhan terhadap lembaga pemerintahan. 

Yoyo adalah satu dari dua tukang cukur di daerah Taman Cibeunying yang masih bertahan. Ia menceritakan, dulu kala terdapat sekitar sepuluh orang yang membuka lapak cukur rambut serupa di sekitar sana. Ia tak begitu mengetahui ke mana para tukang cukur itu pergi, entah berpindah lapak atau beralih profesi.

”Lagi pula kan di sini penghasilannya tidak tetap. Harus izin sana sini dan menerima risiko kalau suatu saat digusur,” kata Yoyo. Pembicaraannya sempat terhenti karena gunting cukur miliknya kurang berfungsi. Setelah diotak-atik sedikit, gunting itu bisa kembali berfungsi normal, ia pun kembali bercerita sambil melanjutkan pekerjaannya mencukur.

Bagi Yoyo, menekuni profesinya saat ini sudah menjadi jalan hidup. Setelah melewati lika-liku kehidupan sebagai buruh pabrik selama sekitar 15 tahun, ia pun akhirnya memutuskan menjadi tukang cukur sejak 1998. 

Tukang cukur konvensional

Ia meyakini kemampuannya mencukur rambut yang dipelajari secara autodidak bisa menghidupi istri dan keempat anaknya setelah pabrik tempatnya bekerja bangkrut dan memecat para karyawannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat