kievskiy.org

Botram dan Balakecrakan Beralas Daun Pisang Bikin Makan Tambah Seru

WARISAN kuliner dari leluhur bukanlah hanya berupa kele­zat­an masakan yang masih bisa kita santap. Cara memakannya pun telah diwariskan dan bahkan memberikan kesenangan ter­sendiri ketika dilakukan di masa kini. Seperti ketika menyantap nikmatnya sajian makanan Sunda, tidak trendi kalau belum balakecrakan!

Saat berkumpul untuk menjalani momen bahagia, kita sering kali memilih mengisi momen itu dengan acara makan bersama. Misalnya, saat perayaan ulang tahun, arisan, reuni, dan kumpul bersama untuk mengisi waktu luang.

Makan bersama ala masyarakat Sunda buhun bukan sekadar du­duk bersama dan makan menggunakan piring masing-masing. Le­bih istimewa ketika kebersamaan itu dilakukan ala balakecrakan alias menggunakan alas daun pisang untuk meletakkan semua sa­ji­an makanan. Menyantapnya pun dengan mencomot sana dan sini sambil tertawa bersama. Seru, kan?

Nah, keseruan itu bukan lagi sekadar cerita kenangan kakek-ne­nek atau buyut kita di masa muda. Santap bersama ala balakecrak­an justru sedang menjadi tren pencinta kuliner Sunda, entah itu bersantap di restoran ataupun menyajikannya di rumah.

Menurut Hani Ghamaputri, staf Marketing Paviliun Sunda, pa­ket ririungan yang ada sejak awal 2017 itu memang sedang menjadi favorit konsumennya. Makanan khas Sunda itu bisa disantap secara lesehan ataupun di meja seperti biasa.

”Selain yang masuk dalam paket, bisa juga ditambahkan menu lain. Favoritnya adalah masakan Sunda rumahan yang sudah sulit dicari dan memasak sendiri pun agak ribet. Misalnya, semur jeng­kol, karedok, balakutak, dan tutut,” ucapnya.

Berbeda dan khas

Sementara itu, Dago Panyawangan mengusung nama paket botram. Tentu saja sajiannya pun diletakkan di atas daun pisang dengan pilihan menu yang juga khas Sunda, seperti ikan gurame, ayam, karedok, dan sambal.

Namun, ada yang berbeda dan khas, seperti jamur crispy yang menggunakan bahan dasar jamur hioko atau shitake serta tahunya tidak sekadar disajikan sebagai tahu goreng. Dago Panyawangan yang sudah berusia 17 tahun itu justru menyajikan olahan tahu yang juga menjadi tren sejak beberapa tahun terakhir, tahu brintik!

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat