kievskiy.org

Beyonce Bantu Anak-anak Burundi Dapatkan Air Bersih

NEW YORK, (PR).- Ikon pop Beyonce ikut membantu UNICEF dalam program air bersih dan aman untuk anak-anak di Burundi. Hal tersebut diungkapkan UNICEF pada Jumat, 30 Juni 2017 waktu setempat.

Seperti dilansir dari Kantor Berita Antara, menurut pernyataan UNICEF rencana program bernama BEYGOOD4BURUNDI itu diperuntukan dalam membantu membangun sumur. Selain itu juga memperbaiki pendidikan tentang kebersihan dan air, serta fasilitas sanitasi di sekolah. 

Diketahui bahwa dua dari lima orang di Burundi, Afrika Timur tidak memiliki akses pada air bersih. Pernyakit terkait air dan sanitasi juga merupakan penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di negara berpenduduk 12 juta orang itu.

Selain itu menurut UNICEF, satu dari 12 anak di Burundi meninggal sebelum usia lima tahun.  "Akses terhadap air adalah hak fundamental. Bila Anda memberi anak air bersih dan aman, Anda tidak hanya memberi mereka hidup, Anda memberi mereka kesehatan, pendidikan, dan masa depan yang lebih cerah, " kata Beyonce, 35, dalam pernyataannya.

Beyonce mengatakan lebih dari dua juta orang di Burundi menghabiskan lebih dari 30 menit sehari mengumpulkan air. Hal tersebut memaksa anak-anak untuk melewatkan sekolah, dan menempatkan anak perempuan dalam bahaya tertentu saat mereka berjalan bermil-mil untuk mencari sumur.

"Kemitraan unik ini menggabungkan keahlian UNICEF selama berdasawarsa dalam menyediakan air bersih untuk anak-anak di Burundi dan di seluruh dunia dengan kekuatan dan pengaruh dunia hiburan untuk membawa perubahan sosial, "kata Caryl Stern, kepala eksekutif UNICEF USA, dalam sebuah pernyataan.

Ditanya tentang jumlah uang yang digunakan Beyonce dan UNICEF untuk melaksanakan proyek air bersih itu, baik agensi maupun perwakilan Beyonce tidak memberikan jawaban langsung.

Tahap pertama BEYGOOD4BURUNDI berfokus pada empat pedesaan di wilayah negara Afrika Timur yang terkurung daratan yang telah dilanda oleh kerusuhan sipil dan kekerasan, serta kekeringan dan malnutrisi. Negara itu jatuh dalam krisis pada bulan April 2015 saat Presiden Pierre Nkurunziza mengatakan dia berencana mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga. Menurut pihak oposisi, rencana pencalonan tersebut tidak selaras dengan konstitusi, dan melanggar sebuah kesepakatan perdamaian yang telah mengakhiri perang saudara di negara tersebut 10 tahun sebelumnya.

Nkurunziza terpilih kembali, namun beberapa lawannya mengangkat senjata. Setidaknya 700 orang telah terbunuh, dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 400.000 orang telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat