kievskiy.org

It, Penegas Mengapa Senyum Badut Menyeramkan

SEJAK dulu, film horor selalu seperti itu. Formulanya selalu sama, judulnya saja yang berbeda. Musik mencekam, jumpscare, pintu berdecit, penampakan hantu sekelebat, darah, dan teriakan jadi elemen standar.

Akan tetapi, lain soal jika ceritanya berasal dari isi kepala maestro horor Stephen King. Lewat sentuhan imajinasinya, benda-benda banal sehari-hari seperti wastafel atau telefon genggam sekalipun bisa menjadi sesuatu yang ganjil.

Berbagai film telah mencoba menerjemahkan semesta aneh Stephen King ke dalam bahasa gambar. Ada yang mengecewakan secara kualitas dan komersial, ada juga yang sukses. It layak masuk golongan yang disebut terakhir.

Semua elemen horor yang lazim ditemui dikemas proporsional bahkan cenderung terlalu rapi. Dari yang paling murahan seperti jumpscare sampai yang paling membekas di ingatan seperti desain karakter sang hantu, seluruhnya membuat It utuh sebagai film horor.

Semesta karangan Stephen King sudah berada di batas antara realis dan surealis sehingga gestur dan sudut pandang kamera tidak perlulah dibuat ekstrem untuk membuatnya semakin aneh. Tengok saja ”The Dark Tower” yang tayang di bioskop beberapa waktu lalu.

Dalam It, penonton dibuat nyaman menyimak setiap detail artistik. Andy Muschietti, sang sutradara sepertinya ingin penonton berfokus pada cerita.

Desain konten seperti itu menjadi pintu masuk bagi generasi masa kini untuk mengenal monster bernama Pennywise dan jenis teror khas yang dibawanya.

Layaknya Jason Voorhees si pendiam yang tak bisa mati atau Freddy Krueger si penguasa alam mimpi, Pennywise si badut adalah monster yang mendapat ketenaran lewat budaya pop Amerika Serikat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat