kievskiy.org

Berkomunitas untuk Mengembangkan Diri dan Usaha

DI masa kini, setiap konsumen bisa menjadi produsen. Dalam dunia mode, hal itu bisa diartikan bahwa siapa pun sebenarnya bisa menjadi perancang busana. Yang membedakan apakah rancangan busana itu bisa disukai orang atau tidak, tergantung dari bakat dan konsistensi sang perancang. 

Sebagai desainer yang terbilang baru, kebingungan sering kali melanda. Jawabannya sering kali bisa didapatkan ketika banyak bergaul dengan rekan seprofesi. 

Salah seorang anggota Bandung Fashion Society (BFS), Citra Leorista, sempat merasakan hal tersebut. Sempat merasa sendirian, ia berharap berada dalam satu komunitas yang memungkinkan anggotanya untuk sama-sama belajar tanpa tendensi senioritas. 

”Awalnya ingin masuk dalam komunitas yang isinya bisa me­ngembangkan diri dan usaha, sambil berkontribusi memajukan fesyen di Bandung juga. Dengan adanya komunitas ini sih jadi tersalurkan karena semua sama-sama masih belajar, jadi merasa klop,” ucap Citra yang berkecimpung dalam dunia mode berkonsep etnik sejak enam tahun terakhir. 

Setelah menikah dan punya anak, ia merasa bahwa waktunya tak lagi fleksibel untuk bekerja hingga larut malam seperti yang sebelumnya dilakukan. Dia memutuskan untuk berhenti. Untuk mengisi waktu senggang, ia menjajal membuat baju untuk dikena­kan sendiri. 

”Ternyata banyak teman yang suka dan malah jadinya pesan. Dari situ ya jadi seperti sekarang ini,” kata Dita. 

Dengan memiliki rekan-rekan desainer pemula yang punya visi sama, Dita merasa lebih terpacu untuk produktif secara ide dan kreativitas. ”Karena senang aja kan ya diskusi sama orang yang sama-sama suka fesyen dan ngerti fesyen,” ujarnya. 

Sebagai desainer pemula, Dita merasa terbantu dengan adanya komunitas sebagai wadah. ”Kalau desainer terkenal kan sudah punya nama ya, sedangkan desainer pemula masih mereka-reka mau gimana nih jalannya. Dan, lebih hemat juga bisa patungan kalau ada fashion show,” tutur Dita, lalu tertawa. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat