DI tanah air, kalangan penggemar tampilan dan main perang-perangan ala Perang Dunia II juga cukup banyak penggemarnya. Misalnya, di Bandung, Bogor, Depok, Sukabumi, Cirebon, Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, Semarang, Jombang, Solo, Manado, dll. Mereka biasanya berasal dari kalangan pehobi reenactor (pehobi reka ulang), khususnya yang menggemari tampilan Perang Dunia II di Eropa.
Sekitar 50-an orang reenactor berkumpul pada Jambore Reenactor I/2018, yang dilakukan di Gunung Pancar, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Sabtu-Minggu 17-18 Februari 2018. Boleh dikatakan, berkumpulnya reenactor Perang Dunia II tampilan Eropa asal Indonesia pada jambore itu, merupakan yang pertama kali digelar dalam jumlah cukup besar.
Jika pada beberapa acara sebelumnya, umumnya seragam yang digunakan para perintis hobi reenactor Perang Dunia II adalah produk impor, kini semakin banyak yang menggunakan produk-produk dalam negeri buatan rekan-rekan sendiri, dengan harga bersaing dengan tampilan cukup meyakinkan.
Senjata modifikasi mainan
Tentu saja, berbagai tampilan ”perlengkapan tempur” tersebut adalah mainan, umumnya berbahan plastik dan dummy dari bahan kayu dan pipa plastik. Namun, dengan modifikasi, tampilan melontarkan mainan mortir pun bisa berasap, sehingga mirip saat pasukan Amerika membombardir pasukan Nazi Jerman di hutan pinus.
Menurut seorang reenactor asal Bandung, Dicky Rachmadie, pada jambore itu, adegan perang antara pasukan Nazi Jerman menghadapi Amerika, cenderung membayangkan pertempuran sebenarnya di Eropa. Untungnya, di Jawa Barat terdapat hutan pinus, sehingga perang-perangan cukup memungkinkan tampilannya seperti di Eropa.
Reenactor lain, Boy Aries Tjahjono, mengatakan, kegiatan ini menjalin silaturahmi dan kekompakan para reenactor se-Indonesia yang banyak klubnya. ”Insyaallah, pada jambore 2019, kita ingin menampilkan adegan lebih lengkap, baik Perang Kemerdekaan Indonesia, Perang Dunia I (1914-1918), dll, sebab tema sebenarnya banyak, dan teman-teman pun banyak model tampilannya,” ujarnya.***