kievskiy.org

Golosor Club, Mengakrabi Skateboard dari Atap Rumah

BEBERAPA dekade berlalu dari awal kemunculan skateboard di Indonesia. Meski­pun gaung­nya seperti me­redup, bukan berarti akti­vitas ber­main skateboard alias ”nyekate” tak lagi dilaku­kan anak muda Bandung. Justru, di te­ngah kemunculan beberapa arena skateboard baik yang gratis maupun berbayar, banyak anak muda (termasuk anak-anak) yang terus menekuni permainan yang satu ini. 

Seperti yang dilakukan anak-anak muda di Jalan Kawali, Antapani. Lantaran keterbatasan lahan bermain skateboard, mereka lalu berpikir out of the box. Mereka membangun mini ramp untuk bermain skateboard di atas atap rumah. 

Lokasi persisnya berada di atap rumah kediaman Eko Sulistyo (27). Kisah awalnya bermula ketika ia sedang membangun rumah untuk ditempati keluarga kecilnya, tahun lalu. Eko yang sejak dulu menye­nangi permainan skateboard dan ikut mengamati perkembangan permainan ini berpikiran untuk membuat arena bermain skateboard dari lahan yang ada. 

Bersama seorang teman yang juga sama-sama menyenangi skateboard, Fian Affandi (30), mereka patungan untuk me­wujudkan keinginan tersebut. Ada pun lahan yang dimiliki Eko untuk pembangunan rumah memiliki luas 84 meter persegi. ­Pada proses pembangunan rumah, Eko mengecor seluruh atap untuk persiapan kelanjutan pembangunan rumahnya kelak. 

”Karena sudah dicor semuanya, jadi di atas kan kosong, lebih baik dimanfaatkan. Pas kebetulan saya lagi senang main skateboard, jadi sekalian aja dibuat mini ramp,” ucap Eko, ketika ditemui di ke­diamannya, Minggu 4 Maret 2018 siang. 

Pria yang sedang melanjutkan pendidikan di Magister Kenota­riat­an Univer­sitas Padjadjaran ini mengatakan, area yang diba­ngun untuk mini ramp tersebut ber­ukuran 6 x 6 meter. Bentuknya half bowl dengan ketinggian bervariasi antara 1 meter hingga 1,5 meter. 

Proses pembangunan mini ramp tersebut memakan waktu hingga tiga bulan. Kesulitannya adalah mencari tukang yang paham mengenai pembangunan mini ramp sambil bersama-sama mengumpulkan uang untuk pembangunan. Untuk mewujudkan ide tersebut, Eko dan Fian mencari informasi sebanyak mungkin mengenai spesifikasi dan cara pembuatan ramp lewat internet. 

Setelah selesai pada Oktober 2017, tak hanya Eko dan Fian yang keranjingan ber­main. Banyak teman atau kenalan mereka yang datang untuk ikut bermain. Juga beberapa tetangga sekitar yang mayoritas masih anak-anak. 

”Di daerah sini kan sama sekali enggak ada fasilitas umum buat main skateboard. Pas kita main, banyak anak kecil yang mampir ke sini. Semua awalnya enggak bisa bermain skateboard dan ingin diajari, jadi kami ajari sambil main bareng-bareng,” tutur Eko. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat