kievskiy.org

Si Kabayan dan Ceritanya yang Disemangati Zaman

SI Kabayan/DOK. PR
SI Kabayan/DOK. PR

BAGAIMANA sebenarnya karakter Si Kabayan? Apakah dia mesti kedul, teu boga kaera, cunihin, cilimit, hawek (malas, tidak punya rasa malu, berkata atau bersikap tidak senonoh terhadap wanita, senang mengganggu orang atau meminta makanan orang, tamak)?

Sifat-sifat baku Si Kabayan seperti itu diungkapkan Ajip Rosidi dalam pengantar buku "Si Kabayan Jadi Dukun" (cetakan ke-4 2002, Kiblat Buku Utama). Apakah sifat-sifat baku itu bisa berubah menjadi ramah, lugu, baik hati, dan sifat lainnya yang memungkinkan?

Yus R Ismail, dalam artikel yang dimuat di Pikiran Rakyat 14 Februari 2004 menyatakan, pertanyaan itu hadir ketika bukunya, Si Kabayan Jadi Sufi diluncurkan.

Berikut ini tulisan lengkap Yus R Ismail kala itu. Kepada pembaca yang budiman, selamat membaca.

Si Kabayan mencari jalan ke surga

Dalam buku itu, selain dikumpulkan kisah-kisah klasik Si Kabayan seperti Memetik Buah Nangka, Memancing Siput, Mengambil Ijuk, Pawang Hujan, Rusa Ajaib, juga dituliskan cerita-cerita baru Si Kabayan.

Masalahnya, dalam cerita baru yang saya tulis (juga penceritaan kembali kisah klasik Si Kabayan), sifat-sifat baku Si Kabayan seperti yang diungkapkan Ajip Rosidi itu telah berubah.

Si Kabayan Jadi Sufi diolah dari episode Si Kabayan Maok Lahang. Dalam episode ini, ketika Si Kabayan kepergok mau mencuri lodong dan ditegur Pak Kiyai.

"Hey, Kabayan! Kamu mau curi air tuak dari pohonku, yah?"

Jawab Si Kabayan, "Ah tidak, Abah. Saya cuma lagi cari jalan ke surga, Abah! Konon, kata sahibul hikayat, surga itu adanya di langit!" (Si Kabayan, Manusia Lucu karangan Achdiat K Mihardja, Grasindo 1997).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat