kievskiy.org

Perubahan Barasuara Lewat Album Pikiran dan Perjalanan

BARASUARA.*/DOK BARASUARA
BARASUARA.*/DOK BARASUARA

PERLU waktu sekitar empat tahun bagi Barasuara untuk merilis album baru. Pada Jumat, 8 Maret 2019, Barasuara menyapa publik musik Indonesia dengan album kedua yang berjudul Pikiran dan Perjalanan. Album berisi sembilan nomor ini menjadi babak baru band yang masih solid dalam formasi Iga Massardi (vokal, gitar), Marco Steffiano (drum), Asteriska (vokal), Puti Chitara (vokal), TJ Kusuma (gitar), dan Gerald Situmorang (bas).

Sebelumnya, album ini telah merilis Guna Manusia sebagai single perdana. Selain Guna Manusia, album ini juga berisi lagu Seribu Racun, Pikiran dan Perjalanan, Pancarona, Tentukan Arah, Masa Mesias Mesias, Haluan, Samara, dan Tirai Cahaya.

Ditemui di Jalan Ganesha Kota Bandung, Rabu, 6 Maret 2018, Iga Massardi mengungkapkan, dia dan rekan-rekannya selalu mendapat tantangan saat membuat lagu dan album baru. Dengan tantangan baru ini, secara natural Iga, dkk punya eksekusi yang berbeda dari segi lirik, tema, dan melodi jika dibandingkan dengan album pertama, Taifun.

"Kami enggak bisa mengulang apa yang kami bikin di 2015. Enggak mungkin juga bikin formula lagu yang sama denganTaifun. Akhirnya, kami bikin karya yang relevan dengan situasi saat ini," tutur Iga.

Menurut Iga, dari segi teknik juga, Pikiran dan Perjalanan menjadi album yang berbeda. Misalnya sound, saat mendengar lagi album Taifun, ternyata Iga, dkk merasa sudah melangkah jauh. Namun, Barasuara tidak pernah merencanakan perubahan ini.

"Judul Pikiran dan Perjalanan berkaitan dengan empat tahun yang telah kami lalui sebagai band dan individu. Kami jalan bareng terus-terusan. Selama empat tahun ini kami mencari bentuk satu sama lain, bagaimana berkomunikasi, bermusik, dan berkonsolidasi. Judul ini rangkuman dari apa yang kami capai selama ini," kata Iga.

Iga mengatakan, proses kreatif awak Barasuara tidak berhenti. Pada 2017 mereka sempat ada di puncak padatnya jadwal tur. Diitambah masing-masing personel punya proyek solo. "Jadi, tantangan buat kami adalah mencari waktu bikin musik bareng. Soalnya enggak mungkin pulang tur Senin, Selasa harus bikin lagu. Makanya secara teknis bikin album kedua ini lama," ucap Iga.

Selain dari sisi waktu, hambatan lain, kata Iga, karena para personel yang banyak maunya. Menurut Iga, tidak ada satu lagu yang langsung jadi, jahit, dan bungkus. Akan tetapi, setiap lagu telah melalui revisi beberapa kali, bahkan bisa berubah signifikan dari dasar lagunya.

"Di album ini semua lirik dari saya, ada juga yang kolaborasi dengan Gerald di lagu Guna Manusia. Kalau musiknya hasil kolaborasi bareng," ujar Iga.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat