PIKIRAN RAKYAT- Sindrom Stockholm adalah sebuah respons emosional. Biasanya sindrom ini terjadi pada beberapa korban pelecehan dan sandera penculikan.
Korban biasanya mempunyai perasaan positif terhadap pelaku kekerasan atau si penculik.
Lantas Apa Itu Sindrom Stockholm?
Sindrom Stockholm ternyata bukanlah diagnosis psikologis. Sebaliknya, sindrom ini adalah cara untuk memahami respons emosional beberapa orang terhadap penculik atau pelaku penculikan/ penyanderaan.
Terkadang korban yang ditahan atau menjadi sasaran tindakan pelecehan dapat memiliki perasaan simpati atau perasaan positif lainnya terhadap si penculik yang menculiknya itu.
Baca Juga: Marak Kasus KDRT di Tengah Masyarakat, LPSK: Korban Sebaiknya Berani Mengakhiri Kekerasan
Ini terlihat bisa terjadi dalam kurun waktu selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun dalam penyekapan dan selalu melakukan kontak dekat dengan penculiknya.
Layaknya sebuah ikatan yang bisa saja dapat tumbuh antara korban dan penculiknya.
Hal ini bisa berupa mengarah pada perlakuan yang baik dan lebih sedikit bahaya dari pelaku karena mereka juga dapat menciptakan ikatan positif dengan korban yang diculiknya atau dilecehkannya itu.