kievskiy.org

Di Mana Letak Paru-Paru Dunia Paling Lestari? Menelusuri Borneo sebagai Jantung Tropis Dunia

Ilustrasi hutan tropis.
Ilustrasi hutan tropis. /Pixabay/ArtTower

PIKIRAN RAKYAT - Siang itu, Senin, 7 Agustus 2023, pendaki senior Iwan Irawan mengenang petualangannya di luar ruang. Saat ditemui di kantor Eiger Adventure Service Team (EAST) Jalan Sumatra, Bandung, Jawa Barat, dia juga berbagi kisah tentang perjalanannya selama bertualang di alam bebas.

Pria yang biasa disebut Kwecheng itu menceritakan pelajaran yang diketahui selama ini ihwal paru-paru dunia yang disebut-sebut terdapat di Brazil dan Indonesia. Namun atas keinginan yang kuat, selain dengan mempelajarinya dia juga terus mencari tahu keberadaan paru-paru dunia ke pelbagai wilayah.

"Ada negara dengan kawasan tropis yang cukup besar, seperti Kongo, Kolombia, Afrika, Brazil, Peru, dan Indonesia," tutur pria asal Bandung itu, "kalau di Indonesia sepengetahuan saya sudah tidak menjadi paru-paru dunia, karena memang fungsi hutan sendiri sebagai penghasil oksigen itu sudah berubah, banyak yang menjadi kebun, terutama ada yang menjadi kebun sawit bahkan di beberapa tempat ada yang menjadi tambang terbuka."

Kata Kwecheng, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup yang dilihatnya pada 2018, peta kawasan tropis di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan perubahan. "Dari awalnya Indonesia hijau berubah menjadi cokelat, berubah menjadi pink sekarang. Nah, perubahan warna itu menandakan bahwa terjadi penurunan atau pengurangan fungsi hutan itu sendiri."

Baca Juga: Kenapa Orang Sunda Menyebut Semua Jenis Pasta Gigi sebagai Odol?

Dalam kesempatan itu, anggota Wanadri itu mengungkapkan, ada berbagai upaya yang dilakukan pelbagai pihak untuk 'menyulap' lahan kritis di Indonesia kembali menjadi lestari.

Iwan 'Kwecheng' Irawan saat ditemui di kantor EAST, Jalan Sumatra, Bandung, Jawa Barat, Senin 7 Agustus 2023.
Iwan 'Kwecheng' Irawan saat ditemui di kantor EAST, Jalan Sumatra, Bandung, Jawa Barat, Senin 7 Agustus 2023.

Kerusakan di gunung

Kwecheng mengungkapkan, ada sebab di balik rusaknya alam bebas di Indonesia. "Saya lihat di gunung-gunung karena tidak ada pengelolaan yang cukup baik dan ketat, gunung juga jadi rusak, karena tidak ada pengaturan kuota kunjungan."

Kendati demikian, pihaknya terus berupaya mengedukasi pengelola dan pendaki untuk menekan kerusakan yang terjadi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat