kievskiy.org

Asal Usul Cuanki, Benarkah Kuliner Khas Bandung?

Ilustrasi pedagang bakso cuanki keliling.*
Ilustrasi pedagang bakso cuanki keliling.* /Dok. Pikiranrakyat.com

PIKIRAN RAKYAT – Seorang pedagang cuanki dikabarkan dikeroyok masa The Jakmania, pendukung Persija Jakarta, usai hasil imbang 1-1 dari Persib Bandung di Stadion Candrabhaga, kota Bekasi, pada Sabtu, 2 September 2023.

Cuanki dikenal sebagai kuliner khas Bandung yang populer. Bahkan saking populernya, pedagang cuanki dapat ditemukan hampir di setiap sudut kota Bandung dan sekitarnya. Namun apakah benar cuanki merupakan kuliner khas Bandung? Simak fakta selengkapnya.

Mengenal Asal Usul Cuanki

Cuanki, makanan khas masyarakat Bandung dan Jawa Barat, memiliki sejarah yang kaya dan menarik. Meskipun mungkin terdengar seperti hidangan Tionghoa, cuanki memiliki akar yang dalam dalam budaya Cirebon, serta jejak yang menghubungkannya dengan pedagang Tionghoa pada abad ke-16.

Baca Juga: Beckham Putra Cari Sosok Tukang Cuanki yang Diduga Dipukuli The Jakmania Usai Laga Persija vs Persib

Sejarah cuanki bermula pada masa kekuasaan Kesultanan Cirebon di abad ke-16. Konon, hidangan ini pertama kali diciptakan oleh seorang pedagang Tionghoa yang memutuskan untuk menikahi seorang perempuan Cirebon. Dalam pernikahan ini, terjalinlah perpaduan antara dua budaya yang berbeda: kuliner Tionghoa dengan bumbu dan cita rasa lokal. Hasil dari pernikahan ini adalah hidangan yang unik dan lezat yang kemudian dikenal sebagai cuanki.

Asal mula nama Cuanki berasal dari merk dagang panganan Tim Sam (dimsum) berkuah bernama Bakso Tahu Kuah Choan Kie, yang pertama kali muncul di daerah Bandung dan diproduksi di kota Cimahi. Nama "Choan Kie" sendiri memiliki arti yang mendalam, yakni rezeki.

Cuanki sebenarnya merupakan variasi dari siomay atau bakso tahu yang kering, yang kemudian diberi kuah. Pada awalnya, hidangan ini terbuat dari bahan dasar daging babi dan lebih disukai oleh warga keturunan Tionghoa.

Namun, pada dekade tahun 80-an, sejumlah mantan pegawai Choan Kie, yang kebanyakan berasal dari berbagai wilayah seperti Bandung, Garut, dan Ciamis, memutuskan untuk memulai produksi dan penjualan cuanki mereka sendiri. Mereka melakukan modifikasi pada bahan dasar cuanki yang awalnya mengandung minyak dan daging babi, menggantinya dengan ikan tenggiri. Tujuan mereka adalah agar cuanki bisa dinikmati oleh masyarakat umum. Tak disangka, respons pasar terhadap hidangan ini sangat positif, dan cuanki segera menjadi alternatif yang populer di antara bakso dan mie ayam.

Para pedagang cuanki menjajakannya dengan cara tradisional, yaitu dengan memikul gerobak dan berjalan kaki secara berkeliling. Pendekatan ini mirip dengan cara para penjual bakso dan mie ayam menjual makanannya pada masa itu. Dalam perjalanan ini, kata "Choan Kie" pun mengalami pergeseran menjadi kata "cuanki," yang sebenarnya merupakan singkatan dari "Cari Uang Jalan Kaki."

Hidangan ini tidak hanya menjadi bagian integral dari warisan kuliner Cirebon, tetapi juga sebuah cerminan harmoni antara dua budaya yang berbeda, menciptakan sesuatu yang spesial dan lezat. Jadi, jika Anda berkunjung ke Kota Cirebon, Bandung, dan kota lain di Jawa Barat, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi cuanki yang lezat ini, sebuah potongan sejarah yang hidup dalam setiap gigitannya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat