kievskiy.org

Indonesia Belum Punya Perawat Spesialis Onkologi, Pendidikan Perlu Diperkuat

Meningkatnya beban kanker membuat perbaikan di sektor sumber daya manusia sangat diperlukan.
Meningkatnya beban kanker membuat perbaikan di sektor sumber daya manusia sangat diperlukan. /Pixabay/Marijana

PIKIRAN RAKYAT - Pendidikan spesialis perawat onkologi dinilai perlu diperkuat. Hal tersebut mempertimbangkan beban penyakit kanker yang meningkat sehingga memerlukan perawatan yang lebih baik.

Survei Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (Himponi) Tahun 2020 tentang tingkat pendidikan perawat di unit pelayanan onkologi menunjukkan, 67 persen perawat onkologi masih berpendidikan Diploma, 31 persen berpendidikan Ners (sarjana), dan sebanyak 2 persen berpendidikan Magister Keperawatan.

Dari survei tersebut, Indonesia belum memiliki perawat spesialis onkologi. Tanggung jawab perawat spesialis onkologi adalah memberikan pelayanan keperawatan pada pasien kanker dan keluarganya yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat. Beberapa hal di atas menjadi dasar pentingnya keberadaan profesi Ners Spesialis Keperawatan Onkolog.

Ketua Prodi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi FIK-UI, Dewi Gayatri, mengatakan, rasio perawat-pasien yang tidak memadai berkontribusi terhadap rendahnya kualitas pelayanan pasien dan menyebabkan hasil akhir yang buruk.

“Diperlukan kerja sama semua pemangku kepentingan untuk mendukung pengembangan spesialisasi keperawatan onkologi di Indonesia, baik dalam praktik pemanfaatan keahlian para spesialis, dalam praktik keperawatan onkologi, penambahan jumlah spesialis, serta pengakuan terhadap peran spesialis untuk meningkatkan kualitas penatalaksanaan kanker,” katanya, Kamis, 7 Desember 2023.

Pendidikan pengembangan spesialis keperawatan dinilai penting karena beban penyakit kanker meningkat. Satu dari enam kematian di dunia diakibatkan oleh kanker berdasarkan laporan terbaru WHO. Laporan yang sama menyebutkan, kasus kanker di 2018 mencapai 18,1 juta dan akan meningkat menjadi 29,4 juta di tahun 2040.

Sementara itu, angka kematian di negara berpenghasilan menengah ke bawah diperkirakan akan tetap tinggi, jauh dari target SDG.

Dewi mengatakan, selama ini telah berlangsung kemitraan antara Roche Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), Pusat Kanker Nasional RS. Kanker Dharmais (RSKD) dan Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI) untuk pengembangan pelatihan dasar keperawatan onkologi dan beasiswa spesialis perawat onkologi sejak 2021.

Ia berharap, kemitraan ini dapat meningkatkan kualitas standar perawatan dan mengantarkan kepada hasil perawatan kanker yang lebih baik. “Selain itu, ke depannya kami harap perawat onkologi profesional dapat diakui sebagai mitra strategis bagi onkologis dalam perawatan pasien,” katanya.

Menurut dia, hal ini dapat dicapai dengan memperkuat proses onboarding Spesialis Keperawatan Onkologi saat lulus, salah satunya adalah melalui program perawatan kolaboratif yang disusun perawat beserta mitra di rumah sakit tempat mereka bekerja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat