kievskiy.org

Kenapa Bulan Januari Terasa Lama? Ternyata Ada Penjelasan Ilmiahnya

Ilustrasi bulan Januari.
Ilustrasi bulan Januari. /Pexels/Bich Tran

PIKIRAN RAKYAT - Januari adalah bulan terpanjang dalam setahun. Perasaan itu, bagaimanapun, setidaknya tidak masuk akal. Beberapa bulan dalam setahun memiliki 31 hari di dalamnya.

Persepsi waktu adalah konsep yang sulit untuk dijabarkan. Peneliti yang bekerja pada topik ini di University of Cambridge, William Skylark mengatakan bahwa waktu mental adalah metrik yang cukup rapuh untuk durasi fisik.

Kita semua mengalami waktu secara berbeda, dan ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Stimulan, seperti kafein, telah ditemukan untuk membuat waktu terasa seperti berjalan cepat.

Studi juga menunjukkan, peserta yang bertanya bagaimana waktu terasa lebih lama pada saat menonton film menakutkan. Dengan kata lain, rasa takut memperlambat waktu, yang menurut percobaan adalah 'efek gairah pada kecepatan sistem jam internal'.

Sistem jam internal adalah cara kita menilai detik. Hal itu diyakini terletak di bagian otak yang dikenal sebagai striatum, meskipun para peneliti telah melihat apakah daerah lain (terutama hippocampus) memiliki sistem jam paralel.

"Ada kemungkinan bahwa memulai kembali pekerjaan setelah liburan Natal menyebabkan banyak kebosanan (dibandingkan dengan kesenangan selama liburan Natal), yang pada gilirannya mengarah pada kesan bahwa waktu melambat pada bulan Januari," tutur Mahasiswa PhD di UCL yang bekerja pada persepsi waktu, Zhenguang Cai.

Di sisi lain, Januari hanyalah pekerjaan. Pada akhirnya, itu menjadi alasan mengapa Januari terasa sangat lambat. Bersenang-senang tampaknya menjadi prediktor terbesar apakah seseorang mengalami waktu berjalan lambat atau cepat.

Hipotesis Jam Dopamin

Fenomena itu paling mudah dijelaskan oleh hipotesis jam dopamin yang menyatakan bahwa kadar dopamin yang lebih tinggi dan neurotransmitter di otak yang terkait dengan motivasi dan penghargaan akan mempercepat jam internal. Hal itu membuat waktu tampak seperti berjalan lebih cepat.

Studi pada tikus telah menunjukkan hipotesis tersebut sebagian besar benar. Namun, ada komplikasi ketika berbagai area otak diamati, dan masih banyak yang bisa ditemukan pada topik ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat