kievskiy.org

Gangguan Jiwa dan Urgensi Mendidik Anak dengan Baik

Ilustrasi orang dengan gangguan jiwa.
Ilustrasi orang dengan gangguan jiwa. /Pixabay/Engin Akyurt

PIKIRAN RAKYAT - Wakil Direktur Medis, Keperawatan dan Penunjang (MKP) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat dr. Noki Irawan, Sp.KJ, mengungkapkan, ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, tidak cuma satu faktor saja. Bahkan, 'perjalanannya' panjang.

"Orang gangguan jiwa itu bukan saat itu dia sakit, tetapi sebenarnya sudah lama, tapi belum muncul gejala. Dia masih bisa kompensasi dengan defense mechanism—respons psikologi untuk mengelola pikiran dan perasaan yang tak enak—yang dia miliki," katanya saat ditemui di RSJ Provinsi Jawa Barat, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, belum lama ini.

Noki berujar, sebetulnya penderita gangguan jiwa sudah memiliki rasa cemas, takut, tetapi masih bisa beraktivitas seperti biasa. "Belum muncul gejala berat. Semakin lama, cara dia melihat masalah enggak bagus sehingga dia mengalami gangguan."

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua agar anaknya tidak menderita gangguan jiwa? Adakah langkah khusus?

Urgensi mendidik anak dengan baik

Ilustrasi anak bermain ponsel.
Ilustrasi anak bermain ponsel.

Noki mengungkapkan, orangtua harus belajar mendidik anak dengan baik atau dengan pola asuh yang baik, mulai dari anak berusia 1--5 tahun. "Jadi ketika anak menangis, jangan diberi apa yang anak inginkan. Kalau gak dikasih anak nangis, biar anak diam kasih handphone. Pada saat nanti dia (anak) punya keinginan ternyata tidak dapat dipenuhi, dia marah nanti, dengan cara lain. Kalau waktu kecil dia menangis ketika keinginannya tidak dikabulkan, maka kalau sudah besar dia bisa marah, memukul, teriak, kabur dari rumah, narkoba, maling, bisa aja itu. Itu dari sisi pola asuh."

Selanjutnya dari sisi lingkungan dan pendidikan. "Misalnya orangtua mendidik anak di rumah terlalu memanjakan, tetapi si anak belajar di luar, ketemu dengan orang baik yang mengajar dengan tidak memanjakan, dia (anak) bisa mencontoh, tidak akan ikut yang didapat di rumahnya," tutur dia.

Sehingga, menurutnya, ada sebuah keluarga dengan orangtua yang mengalami gangguan jiwa, tetapi anaknya tidak mengalami gangguan jiwa, karena diasuh orang lain. Karena seorang anak, mencontoh, mengulang, mendengar, melihat, merasakan, apa yang dilakukan orangtua.

"Gimana orangtua sebetulnya. Makanya buah tidak jatuh dari pohonnya. Memang ada faktor genetik, tapi meskipun keluarganya gangguan jiwa semua, anaknya belum tentu gangguan jiwa, cuma risikonya tiga kali lebih besar daripada yang normal," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat