kievskiy.org

Ada Potensi Pemberontakan di Hari Pelantikan Joe Biden, FBI Periksa 25.000 Pasukan Garda Nasional AS

Kerusuhan di Gedung Capitol AS pada Rabu 6 Januari 2021.
Kerusuhan di Gedung Capitol AS pada Rabu 6 Januari 2021. //Twitter.com/@Spartanicusz /Twitter.com/@Spartanicusz


PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah pejabat pertahanan Amerika Serikat mengaku khawatir tentang serangan pemberontakan orang dalam atau ancaman lain dari pasukan Garda Nasional yang terlibat dalam mengamankan pelantikan Presiden terpilih Joe Biden, pada Rabu 20 Januari 2021 nanti.

Oleh karena itu, pejabat AS meminta Biro Investigasi Federal (FBI) untuk memeriksa semua dari 25.000 pasukan Garda Nasional yang datang ke Washington di acara pelantikan Joe Biden.

Sekretaris Angkatan Darat AS, Ryan McCarthy mengatakan bahwa para pejabat menyadari potensi ancaman, dan dia memperingatkan para komandan untuk mewaspadai masalah apa pun dalam barisan mereka saat pelantikan Presiden AS ke-46.

Baca Juga: [Hoaks Atau Fakta] Tersiar Kabar Cairan Vaksin yang Disuntikkan pada Joko Widodo Tidak Berkurang

Namun, sejauh ini, dia dan para pemimpin AS lainnya mengatakan mereka tidak melihat bukti adanya ancaman, dan menyebutkan pemeriksaan tersebut tidak menandai adanya masalah.

"Kami terus melalui prosesnya, dan mengambil pandangan kedua, ketiga pada setiap orang yang ditugaskan untuk operasi ini," kata McCarthy pada Minggu, 17 Januari 2021 waktu AS, seperti dikutip dari TRT World.

Upaya pengamanan besar-besaran itu mencerminkan kekhawatiran keamanan luar biasa yang telah mencengkeram Washington setelah terjadinya kerusuhan oleh pendukung Donald Trump di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 lalu.

Baca Juga: Dinyatakan Bebas Murni, Janji Vanessa Angel Jadi Sorotan: Mantan Napi Bisa Jadi Lebih Baik

Dalam kerusuhan Gedung Capitol itu, 5 orang dilaporkan tewas, sementara beberapa orang lainnya luka-luka.

Pengamanan pelantikan Biden juga menggarisbawahi kekhawatiran bahwa beberapa orang yang ditugaskan untuk melindungi kota selama beberapa hari ke depan dapat menjadi ancaman bagi presiden baru AS dan beberapa orang penting lainnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat