PIKIRAN RAKYAT - Para kolumnis di Arab Saudi menyatakan pembelaannya terhadap Putra Mahkota Mohammed bin Salman setelah adanya laporan intelijen AS yang melibatkannya dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Pangeran Mohammed selaku penguasa de facto Saudi membantah terlibat dalam pembunuhan Khashoggi pada 2018 di konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Pemerintah AS sebelumnya menjatuhkan sanksi pada beberapa dari mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu, tetapi membebaskan sang pangeran.
Washington merilis laporan intelijen yang menyebutkan putra mahkota telah menyetujui atau memerintahkan operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi.
Baca Juga: Chelsea vs Man Utd di Liga Inggris, 2 Penilaian Ole Gunnar Solskjaer untuk Performa MU
Baca Juga: Kode Redeem ML Terbaru 1 Maret 2021, Klaim Hadiah Menarik di Awal Bulan dari Moonton
Namun, tuduhan AS itu dibela tegas oleh para kolumnis di Arab Saudi.
“Amerika tidak memiliki hak untuk menggertak sekutu regional yang strategis dan itu bukan kepentingannya untuk membiarkan perbedaan domestik merugikan kepentingan regionalnya dan mitra-mitranya,” tulis Khaled al-Malik di surat kabar lokal Al Jazirah, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 1 Maret 2021.
Presiden Joe Biden memutuskan menerbitkan laporan yang ditahan oleh pendahulunya Donald Trump. Keputusan ini membawa serta memfokuskan kembali sikap Washington dalam berurusan dengan Kerajaan pada catatan hak asasi manusianya.
Malik mengatakan Arab Saudi, yang mengandalkan Amerika Serikat untuk pertahanannya termasuk selama Perang Teluk pertama dan setelah serangan 2019 terhadap infrastruktur minyak masifnya, dapat mencari senjata ke China dan Rusia.