PIKIRAN RAKYAT – Sebuah kelompok hak asasi mengatakan pasukan keamanan menewaskan 12 pengunjuk rasa di Myanmar baru-baru ini.
Ketika pengacara pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi mengejek tuduhan suap baru terhadapnya, aktivis Myanmar berjanji untuk mengadakan lebih banyak aksi unjuk rasa dan pemogokan pada hari Jumat, 12 Maret 2021.
Negara Asia Tenggara itu berada dalam krisis sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari lalu.
Kemudian menahannya dan pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi dan mendirikan junta junta yang berkuasa.
Baca Juga: Strategi Lawan China, Joe Biden Bertemu dengan Pemimpin Australia, India dan Jepang
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 di Lingkungan DPRD Jawa Barat Digelar Pekan Depan
Juru bicara Junta, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, mengatakan pada hari Kamis, 11 Maret 2021, Suu Kyi telah menerima pembayaran ilegal senilai 600.000 dolar, serta emas, saat berada di pemerintahan, menurut pengaduan oleh Phyo Mien Thein, mantan menteri utama Yangon.
Menambahkan tuduhan korupsi terhadap Suu Kyi, bisa berarti dia menghadapi hukuman yang lebih berat.
Suu Kyi saat ini menghadapi empat dakwaan yang relatif kecil, termasuk mengimpor enam radio walkie talkie secara ilegal dan melanggar pembatasan virus corona.