PIKIRAN RAKYAT - Krisis politik Myanmar hingga kini masih berlanjut.
Krisis politik Myanmar bermula terjadi adanya aksi perebutan kekuasaan secara paksa atau kudeta yang dilakukan oleh militer terhadap pemerintahan sipil di negara itu pada 1 Februari 2021 silam.
Selain itu, militer Myanmar juga melakukan penahanan terhadap sejumlah pejabat tinggi sipil di negara tersebut salah satunya tokoh peraih nobel perdamaian Aung San Suu Kyi.
Kudeta dan penahanan tersebut menimbulkan gelombang penolakan melalui aksi unjuk rasa yang dilakukan warga sipil Myanmar.
Baca Juga: Update Covid-19 Dunia 15 Maret 2021: Indonesia Masih Tertinggi di Asia Tenggara
Namun, aksi unjuk rasa tersebut mendapatkan tindak kekerasan dari militer Myanmar hingga menimbulkan korban jiwa.
Terbaru, setidaknya tujuh orang demonstran kembali ditembak mati oleh pasukan keamanan rezim junta militer Myanmar pada hari Minggu, 14 Maret 2021 waktu setempat.
Menurut saksi mata dan laporan media lokal, enam dari mereka tewas di ibukota komersial kota Yangon.
"Tiga orang ditembak di kepala oleh tentara. Orang keempat yang terluka meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit," kata salah satu pemimpin demonstrasi di Hlaing Thar Yar, kota terpadat di Yangon Zay Phyo seperti dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu Agency.