PIKIRAN RAKYAT - Amerika Serikat pada Minggu, 11 Juli 2021 mengulangi peringatan kepada China bahwa serangan terhadap angkatan bersenjata Filipina di Laut China Selatan atau Laut Natuna Utara akan memicu perjanjian pertahanan bersama AS-Filipina tahun 1951.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Antony Blinken sebagai peringatan ulang tahun kelima keputusan pengadilan arbitrase internasional yang menolak klaim China di Laut China Selatan.
"Amerika Serikat menegaskan kembali kebijakan 13 Juli 2020 mengenai klaim maritim di Laut China Selatan," kata Antony Blinken, merujuk pada penolakan oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump atas klaim China, dikutip dari Reuters, Senin, 12 Juli 2021.
Baca Juga: Dr. Lois Owein Resmi Dilaporkan ke Polda Metro Jaya, dr. Tirta: Saya Siarkan Live Nanti
“Kami juga menegaskan kembali bahwa serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal umum, atau pesawat terbang di Laut China Selatan akan meminta komitmen pertahanan bersama AS berdasarkan Pasal IV Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina tahun 1951,” ujarnya.
Dalam perjanjian AS-Filipina, disebutkan bahwa setiap pihak mengakui bahwa serangan bersenjata di wilayah Pasifik pada salah satu pihak akan berbahaya bagi perdamaian dan keselamatannya sendiri.
Perjanjian itu juga menyatakan bahwa pihak-pihak akan bertindak untuk menghadapi bahaya bersama sesuai dengan ketentuan, proses konstitusional.
China diketahui mengklaim sebagian perairan Laut Natuna Utara yang disebut nine dash line atau sembilan garis putus-putus. Kawasan ini juga diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.
Dalam percakapan pada 8 April 2021 dengan menteri luar negeri Filipina, Antony Blinken juga menegaskan kembali penerapan perjanjian itu di Laut Natuna Utara.***