kievskiy.org

Pertumbuhan 12 Juta Anak Indonesia dan Filipina Terhambat

BANGKOK, (PR).- Sebanyak 12 juta anak dengan hambatan pertumbuhan ditemukan di Indonesia dan Filipina. Jumlah itu merupakan 75% bagian dari seluruh anak di Asia Tenggara yang menderita obesitas dan kekurangan gizi. Organisasi-organisasi di PBB Unicef, WHO dan Asean merilis temuan baru bahwa beberapa negara menghadapi krisis simultan gizi berlebih dan kurang. Beban ganda malnutrisi ini terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Di Indonesia, proporsi yang terjadi persis sama, yaitu 12 % anak-anak yang kelebihan berat badan dan 12% kekurangan berat badan. Di Thailand, jumlah anak yang kekurangan dan kelebihan berat badan meningkat. Antara 2006 dan 2012, anak yang kekurangan berat badan meningkat dari 5% jadi 7%. Sementara anak dengan kelebihan berat badan dari 8% jadi 11%. Penyebab kelebihan berat badan dan kekurangan gizi saling terkait. Seorang anak yang mengalami hambatan pertumbuhan pada usia dini berisiko lebih besar untuk mengalami kelebihan berat badan kemudian hari. Risiko kelebihan berat badan naik seiring maraknya makanan dengan kadar lemak trans atau gula tinggi dan nilai gizi yang rendah (biasa terdapat pada makanan kemasan dan cepat saji). Ditambah lagi, aktivitas fisik dan gaya hidup anak-anak yang tidak aktif atau kurang bergerak. Ini merupakan tren yang meningkat di banyak negara di kawasan ini, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap meningkatnya prevalensi penyakit kronis seperti diabetes dan kondisi jantung. "Banyak negara di Asia Tenggara telah melihat keuntungan ekonomi yang mengesankan dalam dekade terakhir, mengangkat jutaan anak-anak keluar dari kemiskinan," kata Christiane Rudert, Regional Nutrition Advisor untuk UNICEF Asia Timur dan Pasifik dalam rilis yang diterima ‘PR’, Kamis, 31 Maret 2016. "Namun, pada saat yang sama kita telah melihat munculnya kondisi seperti obesitas, yang sebelumnya dikaitkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi. Kini anak-anak Asia berisiko mengalami malnutrisi dari kedua ujung spectrum,” ujarnya. Selain kemiskinan, faktor lain termasuk makanan tradisional kurang gizi, pola pemberian makan bayi yang buruk, air bersih dan sanitasi tidak memadai serta pola pertanian dengan tanaman yang terbatas mempengaruhi hambatan pertumbuhan. Ke depan, pertumbuhan yang lambat juga jadi hambatan mengakses kesehatan dan pendidikan. Laporan ini menemukan bahwa prevalensi hambatan pertumbuhan tertinggi ada di Kamboja, Laos dan Myanmar, serta beberapa wilayah Indonesia dan Filipina. Malnutrisi anak juga memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi negara. Hal itu mengurangi produktifitas orang tua dan menciptakan beban pada sistem perawatan kesehatan. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit-penyakit tidak menular, disabilitas dan bahkan kematian, yang pada akhirnya mengurangi potensi tenaga kerja.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat