kievskiy.org

Nuklir Tiongkok Picu instabilitas Asia-Pasifik

SISI barat laut Mischief Reef, Kepulauan Spartly, Laut Tiongkok Selatan, tampak tembok laut sepanjang 1.900 kaki dan baru dibangun infrastruktur termasuk perumahan, barisan rumput buatan, pabrik semen, dan fasilitas dermaga tergambar di CSIS Asia.*
SISI barat laut Mischief Reef, Kepulauan Spartly, Laut Tiongkok Selatan, tampak tembok laut sepanjang 1.900 kaki dan baru dibangun infrastruktur termasuk perumahan, barisan rumput buatan, pabrik semen, dan fasilitas dermaga tergambar di CSIS Asia.*

BEIJING, (PR).- Tiongkok telah mengembangkan sistem kapal selam bersenjata rudal nuklir lebih dari tiga dekade. Meskipun demikian, seperti dilansir Guardian, Kamis, 26 Mei 2016, selama tiga dekade tersebut, tak semua upaya pengembangan senjata nuklir Tiongkok tersebut sukses. Namun, justru melalui serangkaian kegagalan teknis tersebut, Tiongkok terus memperbaiki sistem senjatanya tersebut. Tiongkok sendiri sampai saat ini masih berkomitmen untuk mengadopsi kebijakan pencegahan senjata nuklir. Dalam hal ini, Tiongkok telah menyatakan bahwa pihaknya tak akan pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik apapun. Tiongkok juga menjamin bahwa semua senjata nuklir yang dimiliki disimpan dalam tempat yang aman dan dijaga ketat. Bahkan, akses terhadap senjata nuklir tersebut hanya berada di bawah kendali pemimpin Tiongkok. Namun demikian, dengan adanya pernyataan dari Tiongkok soal pengiriman kapal selam nuklir ke Samudera Pasifik, hal ini membuat banyak kalangan bertanya soal komitmen Tiongkok tersebut. Pasalnya, jika kapal selam itu dikirim, maka ini akan berdampak luas terhadap konstelasi politik global, bukan hanya di Asia-Pasifik. Bahkan, misi Tiongkok yang akan mengirimkan kapal selam nuklir tersebut juga akan memperburuk konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS). Dalam ini, sejumlah kalangan menilai, kebijakan terbaru Tiongkok tersebut hanya akan membuat kawasan LTS menjadi sangat tidak stabil. Apalagi, sebelumnya hubungan AS-Tiongkok di LTS juga sudah tegang lantaran Beijing menuding Washington ikut campur dalam sengketa teritorial yang melibatkan negeri Tirai Bambu dan sejumlah negara ASEAN serta Asia Timur itu.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat