kievskiy.org

Bebas dari Abu Sayyaf, Sandera Norwegia Dijamu Presiden Duterte

DAVAO, (PR).- Kelompok teroris Abu Sayyaf membebaskan sejumlah sandera asing termasuk tiga WNI dan seorang warga Norwegia yang akhir Agustus 2016 lalu uang tebusannya telah dibayar senilai 50 juta Peso. Dilansir dari Kantor Berita AP, Minggu 18 Agustus 2016, warga Norwegia Kjartan Sekkingstad, dibebaskan kelompok garis keras tersebut hampir sebulan setelah uang tebusan dibayar Agustus lalu. Pada Minggu (18 September 2016) malam ini, Kjartan djadwalkan bertemu Presiden Filipina. Kjartan dibebaskan setelah Abu Sayyaf melakukan negosiasi dengan kelompok Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang sebelum mendukung pemerintah Filipina tahun 2014 lalu merupakan kelompok radikal. Kjartan pun diserahkan kepada komandan MNLF di Desa Barangay, Mindanao. Dari sana, Kjartan diterbangkan ke Davao untuk bertemu Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Saat tiba di Davao, Kjartan mengungkapkan pengalamannya yang mengerikan selama disekap kelompok teroris tersebut. Seraya memegang tas ranselnya yang sudah rusak parah, Kjartan mengisahkan dia dijadikan budak oleh Abu Sayyaf. Dia dan sejumlah sandera lainnya tiap hari harus mengangkut semua barang bawaan kelompok teroris yang kerap berpindah-pindah menghindari kejaran aparat Filipina. "Sungguh mengerikan. Kami diperlakukan seperti budak," ujar Kjartan seraya memeluk tas ranselnya yang sudah sangat kumal dan robek tersebut. Rodrigo, pada 26 Agustus 2016 lalu sempat mengumumkan Kjartan akan segera dibebaskan setelah Norwegia memebayar 50 juta Peso. Negosiasi untuk membebaskan pria yang diculik pada 2015 lalu tersebut dilakukan oleh MNLF yang kini memilih untuk menghentikan kegiatan ekstremisnya. Akan tetapi, pembebasan Kjartan ternyata memakan waktu hampir sebulan sejak uang tebusan dibayarkan. Rodrigo saat itu sempat bingung karena Kjartan, saat uang tebusan sudah dibayarkan, masih juga belum dibebaskan. Saat itu, Rodrigo mengatakan, Kjartan seharusnya juga dibebaskan tetapi sepertinya ada masalah dengan transportasi dari lokasi penyekapan pria Norwegia tersebut ke Manila. Adanya pembayaran tebusan dari Norwegia untuk warganya tersebut terungkap setelah Dubes Norwegia untuk Filipina Erik Forner bertemu Presiden Rodrigo Duterte di Istana Malacanang, Manila, akhir Agustus lalu. Pembayaran uang tebusan sebenarnya dilarang tetapi sejumlah negara, demi menyelamatkan warga mereka, melanggar aturan tersebut. Norwegia membayar uang tebusan karena khawatir Kjartan akan dipenggal seperti dua warga Kanada, Robert Hall dan John Ridsdel, yang diculik Abu Sayyaf bersamaan dengan Kjartan di Pulau Samal, Filipina Selatan September 2015. Abu Sayyaf telah memenggal Ridsdel dan Hall setelah pemerintah Kanada menolak membayar uang tebusan. Sementara itu, laporan BBC menyebutkan, selain Kjartan, tiga ABK WNI juga telah dibebaskan. Sama dengan Kjartan, pembebasan tiga awal kapal tongkang tersebut juga lewat negosiasi dengan kelompok MNLF pimpinan Nur Misuari. Adapun ketiga WNI yang telah dibebaskan itu adalah Lorens Koten, Teodurus Kufung, dan Emmanuel. Beda dengan Kjartan yang akan bertemu dengan Duterte sebelum kembali ke negaranya, tiga WNI langsung diserahkan ke otoritas Indonesia di Filipina.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat