DONALD Trump menjadi pengusaha pertama di AS yang berhasil menjadi presiden AS. Ini menjadi catatan sejarah tersendiri dalam politik AS sejak negara itu berdiri lebih dari 200 tahun lalu.
Presiden AS sebelumnya memang ada yang berlatar belakang keluarga pengusaha, yakni George Bush yang berasal dari keluarga miliuner minyak asal Texas. Namun, berbeda dengan Donald Trump, George Bush terjun ke politik setelah mundur dari bisnis. Setelah puluhan tahun menjadi kader Partai Republik dan memegang berbagai jabatan di partai tertua di AS, Bush baru kemudian terpilih menjadi presiden AS.
Sementara Trump baru terjun ke politik dalam dua tahun terakhir ini. Dia pun tetap aktif sebagai pengusaha dan selama ini tak pernah menjabat sebagai fungsionaris partai. Tak heran banyak petinggi Partai Republik sempat menyepelakannya.
Bahkan, sejak Trump menyatakan maju sebagai capres AS tahun 2014 lalu, semua media di AS menganggap Trump sebagai punakawan. Pasalnya, saat itu Republik punya banyak politisi brilian, seperti Marco Rubio, Ted Cruz, dan Jeb Bush. Ketiga orang ini punya banyak pengalaman politik, tetapi perpecahan di antara para kader brilian di Partai Republik membuat Trump diuntungkan. Tak heran, banyak yang menyalahkan para petinggi Partai Republik yang lebih memilih saling ribut satu sama lainnya ketimbang kompak bersatu melawan Trump.
Saat itu, para petinggi Partai Republik tak pernah mengira Trump akan lolos dalam proses pemilihan kandidat capres, mulai dari tingkat kaukus sampai primary yang kemudian akhirnya mengantarkan Trump sebagai capres dari Partai Republik dam konvensi nasional Juli 2016 lalu. Trump dinilai piawai memainkan psikologis warga AS yang khawatir dengan banyaknya lapangan pekerjaan pindah ke luar AS dan serangan teroris.
Trump yang selama ini bergelut di bidang bisnis diyakini mayoritas warga AS mampu mengembalikan lapangan pekerjaan yang selama ini didayaalihkan ke pekerja di luar AS, seperti Tiongkok. Salah satu janji Trump jika terpilih adalah membuka lapangan pekerjaan sebanyak mungkin di dalam negeri dan menghentikan praktik pengalihdayaan.
Yang menjadi pertanyaan apakah Trump akan sukses di dunia barunya sebagai presiden AS. Pasalnya, seperti dilaporkan Kantor Berita AP yang dikutip Yahoo, banyak pengusaha yang kemudian terjun ke politik, justru menjadi presiden yang tak disukai karena terlibat skandal korupsi dan nepotisme, seperti mantan presiden Italia Silvio Berloscuni dan eks Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra.
Apakah Trump akan mengikuti jejak mereka? Hal ini memang belum bisa dijawab, tetapi berdasarkan kisah nyata dari sejumlah presiden yang berlatarbelakang pengusaha, kepemimpinan mereka kerap berakhir dengam sejumlah skandal.
Trump sendiri diyakini banyak kalangan sebagai sosok yang pragmatis. Oleh karena itu, sejumlah pernyataannya yang kontroversial seperti menjegal migran Muslim dan hispanik, dilakukan untuk mengambil keuntungan dari psikologis warga AS. Sosok Trump sendiri sebelum menjadi capres dikenal liberal, sejalan dengan nilai-nilai yang dianut Partai Demokrat. Tak heran sebelum mencalonkan diri sebagai capres Partai Republik dua tahun lalu, Trump merupakan penyumbang dana Partai Demokrat. Bahkan, dia hadir dalam acara penggalangan dana saat Clinton mencalonkan diri sebagai capres melawan Obama pada 2008 lalu.