kievskiy.org

Fidel Castro, Ayah Kedua Legenda Sepakbola Maradona

SEORANG pekerja membaca surat kabar yang baru saja dicetak yang halaman depannya memuat mendiang mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro di percetakan surat kabar lokal PM di Ciudad Juarez, Mexico, Sabtu, 26 November 2016.*
SEORANG pekerja membaca surat kabar yang baru saja dicetak yang halaman depannya memuat mendiang mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro di percetakan surat kabar lokal PM di Ciudad Juarez, Mexico, Sabtu, 26 November 2016.*

LIMA, (PR).- Bagi legenda sepak bola Maradona, Fidel Castro lebih dari seorang teman dan sesama legenda Amerika Latin. Baginya, Fidel Castro adalah ayah keduanya. Maradona mengatakan, kematian Castro bagai pukulan Juan Martin del Potro (petenis Argentina yang berlaga di Piala Davis) yang tepat mengenai dadanya. "Saya menangis tak terkendali. Setelah ayah saya, itu adalah kesedihan terdalam yang saya tahu," katanya kepada wartawan di sela-sela turnamen tenis seperti dikutip dari Reuters, Minggu, 27 November 2016. Dua tokoh kontroversial ini bertemu pada 1987, setahun setelah ia membantu Argentina memenangkan Piala Dunia yang digelar di Mexico. Tahun itu, empat tahun sebelum jatuhnya Uni Soviet yang membawa masa-masa ekonomi yang sulit bagi negara komunis. Pertemanan tidak biasa antara pesepakbola nyentrik dan tokoh revolusioner berpengetahuan luas ini bermula di awal abad ini. Selama empat tahun Madona tingga di Havana untuk menyembuhkan ketergantungannya pada narkoba. Kuba dikenal sebagai negara yang tegas menghukum pemilik narkoba. Di sana, mereka menyebar dokter dan relawan kemanusiaan bagi yang membutuhkan. "Ia membuka pintu Kuba untuk sata ketika klinik-klinik di Argentina menutup pintunya karena tidak ingin kematian Maradona ada di tangan mereka," tuturnya. Castro kerap memanggil Maradona saat hari masih pagi. Mereka berbicara tentangn politik atau olahraga. Ia juga mendorong agar Maradona pulih sempurna. "Dia bilang, saya bisa melakukannya dan saya telah melakukannya. Dan di sinilah saya sekarang, berbicara tentang dia," ujar Maradona. Maradona, putra dari pekerja pabrik yang dibesarkan di sebuah gubuk di pinggiran Buenos Aires ini merupakan salah seorang selebriti yang mengagumi Castro. Seorang aaktivis kiri yang memberinya pandangan lebih luas tentang dunia internasional. Pada 2005, Maradona mewawancarai Castro di acara TV Argentina. Ia menanyakan respons Castro soal kembali terpilihnya George W. Bush sebagai Presiden AS. "Penipu. Mafia teroris Miami," kata Castro saat itu. Orang-orang Kuba yang menjadi eksil turun ke jalan Little Havana di Miami pada Sabtu, 26 November 2016. Aksi itu menandai meninggalnya Castro yang mereka sebut sebagai diktator. Tahun lalu, Maradona yang mempunya tato wajah Castro di betisnya, menepis isu yang menyebut Castro meninggal dunia. Ia membuktikannya dengan melambaikan surat dari Castro di depan para wartawan. Kini, kematian Castro itu nyata. Maradona akan terbang ke Havana untuk menghadiri upacara penghormatan bagi temannya itu.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat