kievskiy.org

Tidak Disangka, Jerapah Terancam Punah

OSLO, (PR).- Jerapah di Afrika rentan mengalami kepunahan mengingat jumlahnya terus menurun hingga 40 persen sejak 1980-an. Hal itu disebabkan perburuan ilegal serta perluasan lahan pertanian, pernyataan itu dirmuat dalam Daftar Merah hewan terancam punah yang dirilis Jumat 9 Desember 2016. Serikat Konservasi Alam Internasional yang merilis laporan itu menyebut, populasi jerapah berkisar antara 152 ribu-163 ribu pada 1985 tetapi kini tersisa 98 ribu. Demikian dilaporkan Reuters dan dikutip Antara. Daftar Merah itu menetapkan jerapah sebagai hewan yang rentan terancam punah untuk pertama kalinya. Status kepunahan jerapah tidak banyak diperhatikan sebelumnya. Lembaga itu mengatakan, banyak pihak tidak menyadari populasi jerapah menurun drastis di kawasan Sub-Sahara, Afrika. "Terlepas dari banyaknya jerapah di kawasan wisata alam dan kebun binatang, masyarakat-termasuk para konservasionis-tidak menyadari, hewan itu diam-diam menghadapi kepunahan," kata Julian Fennessy, ahli jerapah Serikat Konservasi Alam Internasional. Habitat jerapah terancam perluasan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia serta perburuan ilegal demi mengincar dagingnya. Bahkan, aksi itu banyak dilakukan di daerah konflik seperti Sudan Selatan, kata kelompok ilmuwan, ahli pemerintahan, dan pegiat lingkungan. "Masyarakat berkompetisi memperebutkan sumber daya alam yang semakin menipis jumlahnya, misalnya saja perang saudara yang berdampak terhadap keberlangsungan hewan," kata Craig Hilton-Taylor, kepala penyusun Daftar Merah itu. Bencana kekeringan dan dampak perubahan iklim ikut memperburuk masalah tersebut. Hewan lain yang masuk daftar terancam punah adalah burung beo Afrika. Hewan yang dikenal karena mampu meniru suara manusia itu sebelumnya masih tergolong ”rentan" terancam punah. Penurunan populasi hewan itu banyak disebabkan perburuan untuk dijadikan peliharaan. Daftar itu menunjukkan, 11 persen dari 700 jenis burung berisiko punah, misalnya burung Antioquia di Kolombia. Habitat hewan itu terancam pembangunan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air. Meski demikian, hanya sedikit hewan yang populasinya mampu meningkat. Para konservasionis berhasil memulihkan kembali jumlah burung finch azores, St. helena plover, dan seychelles bermata putih. Daftar Merah adalah lembaga dunia yang berwenang menetapkan status kepunahan flora dan fauna. Lembaga itu mengatakan, 24.307 dari 85.604 spesies terancam punah dalam beberapa dasawarsa terakhir. Kajian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan, hilangnya habitat hewan akibat aktivitas manusia dapat berujung pada krisis kepunahan terburuk sejak dinosaurus menghilang dari bumi sekitar 65 juta tahun lalu.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat