BERDASARKAN penelitian terbaru, mengembalikan hutan dunia yang hilang dapat menghilangkan dua pertiga gas karbon dari aktivitas manusia yang menyebabkan panas bumi.
Seperti dilansir CNN pekan lalu, sejak adanya revolusi industri, manusia telah menciptakan sekitar 300 miliar ton gas karbon ekstra ke atmosfer. Sebagian besar dari bahan bakar fosil yang memanaskan bumi ke level yang berbahaya. Pohon secara alami menghilangkan karbon yang ada di atmosfer dengan menyimpannya di dalam tanah.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti di Swiss University ETH Zurich dan dipublikasikan di jurnal Science, telah mengalkulasi bahwa mengembalikan hutan yang terdegradasi di seluruh dunia, bisa mengatasi sekitar 205 miliar ton karbon secara total. Emisi karbon global saat ini mencapai 10 milyar ton per tahunnya.
Hutan terdegradasi
Para peneliti mengidentifikasi ekosistem d iseluruh dunia yang akan secara alami mendukung beberapa level perlindungan oleh pohon. Tetapi, sebagian besar sudah terdegradasi, digunduli untuk balok kayu, atau diubah menjadi lahan pertanian yang sudah ditinggalkan.
Mereka tidak termasuk wilayah yang saat ini dijadikan pemukiman atau lahan pertanian, atau yang secara alami akan menjadi padang rumput atau lahan basah. Alasannya, ekosistem ini sendiri dapat menjadi penyimpan karbon yang berharga serta mendukung keanekaragaman hayati.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa kita memiliki lahan yang cukup dan cocok untuk memperbaiki sepertiga hutan dunia. Hal itu akan memberikan bumi lebih dari satu triliun pohon ekstra dan 900 juta hektar tambahan kanopi pohon. Lahan tersebut kira- kira memiliki luas yang sama dengan AS.
Solusi paling efektif
Para peneliti mengatakan bahwa mengembalikan hutan adalah langkah yang paling efektif untuk menangani perubahan iklim. Tom Crowther, penulis senior penelitian itu mengatakan bahwa solusi ini merupakan solusi besar termurah sejauh ini.
Selain itu, proyek pengembalian hutan yang kita ketahui adalah mengembalikan jutaan pohon senilai 30 sen per pohon, yang apabila dikalkulasikan akan menjadi 300 juta Dollar AS.
Penelitian ini menemukan bahwa lahan yang paling cocok untuk proyek ini berada di enam negara, yaitu Rusia (151 juta hektar), Amerika Serikat (130 juta hektar), Kanada (78 juta hektar), Australia (58 juta hektar), Brasil (50 juta hektar), dan Tiongkok (40 juta hektar).