kievskiy.org

Hasil Studi Sebut Jumlah Kasus COVID-19 Bisa Dikurangi Hingga 66 Persen Seandainya Tiongkok Bertindak Cepat

ILUSTRASI COVID-19, corona, virus SARS-CoV-2.*
ILUSTRASI COVID-19, corona, virus SARS-CoV-2.* /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Studi menunjukkan bahwa jumlah kasus COVID-19 dapat dikurangi hingga 66% jika Tiongkok bertindak cepat seminggu lebih awal.

Dilansir The Guardian, Jumat, penyebaran cepat corona-virus di seluruh dunia dapat dikurangi jika langkah yang diambil oleh Tiongkok untuk mengendalikan wabah diperkenalkan beberapa minggu sebelumnya, ujar para peneliti.

Pemodelan wabah yang canggih menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki 114.325 kasus pada akhir februari 2020, jumlah yang 67 kali lebih tinggi tanpa adanya intervensi seperti deteksi dini, isolasi yang terinfeksi dan pembatasan perjalanan.

Baca Juga: Pelonggaran Ketentuan Impor, Kementerian Pertanian telah Terbitkan 37 Rekomendasi Produk Hortikultura

Berdasarkan analisis yang ditemukan, jika intervensi dapat dilakukan dalam seminggu sebelumnya, sebanyak 66% lebih sedikit kemungkinan orang yang akan terinfeksi. Bahkan langkah-langkah pencegahan yang dilakukan dalam tiga minggu sebelumnya bisa mengurangi kasus hingga 95%.

“Dari sudut pandang ilmiah murni, menempatkan kombinasi intervensi sedini mungkin adalah cara terbaik untuk memperlambat penyebaran dan mengurangi jumlah wabah,” ujar Profesor Andrew Tatem di University Of Southampton.

Di sisi lain, kelompok pemetaan populasi WorldPop di Southampton, menjalankan model pergerakan manusia dan serangan penyakit untuk mensimulasikan berbagai skenario wabah di kota-kota di daratan Tiongkok. Model tersebut mengungkapkan bagaimana kombinasi dari berbagai intervensi dapat mempengaruhi kecepatan dan penularan penyakit.

Baca Juga: Sudah Saatnya Petani dan Pelaku Pertanian Indonesia Eksis di Pasar Internasional

Studi ini menunjukkan pentingnya untuk bergerak cepat seperti hal nya intervensi yang dilakukan Tiongkok dalam mengatasi wabah COVID-19. Dalam kata lain, jika isolasi dan larangan bepergian dilakukan dua atau tiga minggu lebih lambat, jumlah kasus yang ada bisa meningkat secara signifikan masing-masing tiga, tujuh atau bahkan 18-kali lipat dari sebelumnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat