kievskiy.org

Hadapi Masalah Baru selain COVID-19, Jepang Dapat Ancaman Gelombang Bunuh Diri Besar-Besaran

AKTIVITAS Befrienders Tokyo, lembaga hotline bunuh diri di Jepang yang sibuk setelah kembali diizinkan beroperasi oleh pemerintah
AKTIVITAS Befrienders Tokyo, lembaga hotline bunuh diri di Jepang yang sibuk setelah kembali diizinkan beroperasi oleh pemerintah /Reuters Reuters

PIKIRAN RAKYAT - Saat ini masyarakat di seluruh dunia masih berusaha menghadapi pandemi COVID-19 yang terjadi di negaranya masing-masing.

Tetapi, tidak hanya saat pandemi saja, negara-negara tersebut harus bersiap juga akan dampak yang muncul setelah pandemi COVID-19 berlalu.

Salah satunya adalah negara Jepang yang dikhawatirkan akan mengalami gelombang bunuh diri dari para masyarakatnya dalam skala yang besar.

Baca Juga: Kisah Gadis Vietnam yang Tewas dalam Kontainer di Inggris, Sempat Kirim Pesan Terakhir ke Ibunya

Bunyi telefon tidak pernah berhenti berdering semenjak layanan hotline bunuh diri di Jepang kembali dibuka pada Selasa, 26 Mei 2020.

Jumlah laporan bunuh diri yang diterima masih tetap berjumlah ratusan tiap harinya, akan tetapi yang membedakan adalah jumlah staff dari layanan ini.

Dikarenakan pandemi COVID-19 yang terjadi, Pemerintah Jepang terpaksa memotong anggaran dari layanan hotline bunuh diri. Ini membuat mereka terpaksa kehilangan beberapa staff yang seharusnya dipekerjakan.

"Saat ini banyak sekali orang yang ingin terhubung dan berbicara dengan seseorang lainnya (kita).

Baca Juga: Gubernur AS Sampai Minta Bantuan Garda Nasional Buntut Dibunuhnya Pria Kulit Hitam oleh Polisi

"Tapi faktanya, kita tidak bisa menjawab mereka semua," tutur Ketua Layanan Hotline Bunuh Diri Jepang, Machiko Nakayama dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat