kievskiy.org

Menangani Rasisme di Inggris, Boris Johnson Mengakui Banyak Hambatan

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.*
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.* /AFP/Pippa FOWLES

PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan kemarahan yang dipicu oleh kematian George Floyd di Amerika Serikat tidak dapat diabaikan.

Boris Johnson mengatakan Inggris telah membuat langkah besar dalam menanggulangi rasisme.

Tetapi ia mengakui bahwa ada banyak hambatan, seperti dalam menghapus prasangka, dan menciptakan peluang.

Baca Juga: Bek Perib Victor Igbonefo Bagikan Momen Bahagia saat Dikaruniai Anak Ketiga

Dilansir Reuters, Johnson menegaskan, pemerintah Inggris harus berbuat lebih banyak untuk memerangi prasangka terhadap orang-orang dari kelompok etnis kulit hitam dan minoritas.

"Kami yang memimpin dan yang memerintah tidak bisa mengabaikan perasaan itu karena dalam terlalu banyak kasus, saya khawatir, mereka dibangun dalam kenyataan semu," katanya dalam sebuah pernyataan, Senin, 8 Juni 2020, waktu setempat.

Sebelumnya, lebih dari seribu pengunjuk rasa berbaris melewati Kedutaan Besar AS di tepi selatan Sungai Thames.

Baca Juga: Bantah Tagihan Kartu Kredit Membludak, Ivan Gunawan: Nggak Mau Perbanyak Utang yang Nggak Penting

Ribuan pengunjuk rasa juga berkerumun di alun-alun di luar gedung Parlemen. Mereka memegang plakat "Black Lives Matter" dan mengabaikan saran pemerintah untuk menghindari pertemuan besar karena risiko virus corona.

"Saya turun ke jalan mendukung orang kulit hitam yang telah diperlakukan buruk selama bertahun-tahun. Sudah saatnya untuk perubahan," kata seorang demonstran, guru sekolah dasar berusia 39 tahun, Aisha Pemberton.

Pengunjuk rasa lainnya, spesialis IT Kena David, 32, mengatakan Inggris juga bersalah atas pelanggaran rasis. "Segala sesuatu yang kalian lihat di sekitar kalian itu dibangun oleh orang-orang berkulit hitam dan coklat."

Baca Juga: Hari Pertama Transisi PSBB Jakarta, Lalu Lintas Meningkat Hingga 13%

Protes pada Sabtu itu mencerminkan kemarahan global atas perlakuan polisi terhadap etnis minoritas. Kemarahan dipicu pembunuhan Floyd, seorang warga kulit hitam Amerika pada tanggal 25 Mei, ketika seorang petugas polisi kulit putih menekankan lututnya pada leher Floyd selama hampir sembilan menit sementara rekan-rekannya sesama petugas kepolisian hanya berpangku tangan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat