kievskiy.org

Kisah Mereka yang Bertahan 100 Jam Lebih di bawah Puing Gempa Turki, Tim SAR: Sekarang Saya Percaya Keajaiban

Gempa melanda Turki pada Senin, 6 Februari 2023 waktu setempat.
Gempa melanda Turki pada Senin, 6 Februari 2023 waktu setempat. /Reuters/Dilara Senkaya

PIKIRAN RAKYAT - Truk bantuan telah menyeberang ke Surah, ketika tim penyelamat menarik korban yang selamat di antara puing-puing pascagempa magnitudo 7,8 di Turki. Di antara para korban itu, ada bayi baru lahir yang bertahan lembih dari 100 jam di bawah reruntuhan.

Sementara itu, ratusan ribu orang lainnya telah kehilangan tempat tinggal dan kekurangan makanan dalam kondisi musim dingin yang seringkali di bawah nol derajat celsius. Puluhan negara pun telah menjanjikan bantuan dan mengirim tim darurat.

Di Samandag, provinsi Hatay, Turki selatan, seorang anak laki-laki berusia 10 hari bernama Yagiz dievakuasi dari reruntuhan bangunan dalam semalam. Sementara di Kirikhan, tim SAR Jerman menarik Zeynep Kahraman (40) hidup-hidup dari reruntuhan setelah terkubur lebih dari 104 jam, dan membawanya ke ambulans.

"Sekarang saya percaya pada keajaiban," kata pemimpin tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Internasional, Steven Bayer.

Baca Juga: Korban Meninggal Pascagempa Turki Tembus 23.700 Jiwa, Penjarahan Toko Mulai Terjadi

"Anda bisa melihat orang-orang menangis dan berpelukan. Sangat melegakan bahwa wanita dalam kondisi seperti itu keluar dengan sangat bugar. Ini keajaiban mutlak," tuturnya menambahkan.

Selain itu, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun juga diselamatkan semalaman bersama ibunya di distrik Samandag, setelah terjebak selama lebih dari 90 jam. Sedangkan di Diyarbakir, Sebahat Varli (32) dan putranya, Serhat, ditarik keluar hidup-hidup 100 jam setelah gempa pertama.

Akan tetapi, harapan mengenai lebih banyak orang akan ditemukan hidup memudar. Pasalnya, hanya hampir 6 persen korban gempa yang belum dievakuasi mampu bertahan dalam 5 hari, dibandingkan dengan 74 persen lainnya setelah 24 jam. Kondisi pembekuan secara signifikan cenderung mengurangi harapan kelangsungan hidup.

Di kota Jindires, Suriah, seorang reporter Reuters terisak-isak ketika dia duduk di atas tumpukan puing-puing dan logam bengkok yang merupakan rumah keluarganya. Dia membenamkan wajah di pakaian bayi milik salah satu anaknya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat