PIKIRAN RAKYAT – Menjelang penobatan Raja Charles III, banyak spekulasi bermunculan terkait kehadiran Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle. Baik pihak Kerajaan Inggris sampai saat ini belum mengonfirmasi kehadiran keduanya dalam acara tersebut.
Kendati demikian, Pangeran Harry disebut hanya akan hadir jika suasananya 'tidak toksik' seperti acara Platinum Jubilee dan pemakaman mendiang Ratu Elizabeth II.
Sejak Januari 2023, pihak istana telah berupaya untuk meredam ketegangan antara Pangeran Harry dan Pangeran William demi kelancaran acara penobatan. Hubungan keduanya memanas setelah perilisan serial dokumenter Netflix, Harry and Meghan, serta autobiografi Spare.
Baca Juga: Permaisuri Kerajaan Inggris Punya Julukan Kasar untuk Meghan Markle
Dalam Spare, Harry menyebut Pangeran William pernah mencap Meghan Markle sebagai wanita yang kasar, sulit, dan abrasif. Imbasnya, muncul sentimen dan opini negatif terhadap citra sang pewaris takhta. Padahal, sebagai putra mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran William berusaha menjaga citra baik monarki di hadapan publik.
Dilansir dari HelloGiggles, Raja Charles III dirumorkan menghubungi Uskup Agung Justin Welby, yang sebelumnya pernah menjadi mediator keluarga untuk membantu kedua putranya berdamai. Namun dalam rekonsiliasi ini, Meghan Markle tampaknya tidak diikutsertakan dalam pembahasan.
Hal inilah yang membuat Meghan kesal dan kewalahan. Bahkan istana melihat Meghan sebagai ‘urusan belakang’, sebagaimana diungkapkan pakar kerajaan, Kinsey Schofield kepada Fox News Digital.
Baca Juga: Meghan Markle Ungkap Sosok Sahabat Lamanya Lucy Fraser di Film Dokumenter Harry and Meghan
“Bukannya Meghan merasa dikecualikan, ia merasa istana hanya mempermasalahkan kehadiran Pangeran Harry dan mereka tidak peduli apakah dia muncul atau tidak. Meghan sulit menerima hal tersebut,” ucap Schofield.