kievskiy.org

Pernah Jadi Negara yang Berhasil Tangani Covid-19, Kasus di Korsel Melonjak, Jemaat Gereja Dilacak

Situasi halte bus di Korea Selatan selama pandemi, yang dilengkapi dengan pengukur suhu.  Dalam ruangan berpelapis kaca itu difasilitasi juga pendingin udara, pendataan digital, dan CCTV untuk memudahkan pelacakan kasus Covid-19.
Situasi halte bus di Korea Selatan selama pandemi, yang dilengkapi dengan pengukur suhu. Dalam ruangan berpelapis kaca itu difasilitasi juga pendingin udara, pendataan digital, dan CCTV untuk memudahkan pelacakan kasus Covid-19. /Reuters/Heo Ran

PIKIRAN RAKYAT – Korea Selatan pernah jadi salah satu negara di dunia yang berhasil mengendalikan penyebaran COVID-19, dengan menekan kasus hingga satu digit di awal penyebarannya.

Seiring waktu, lonjakan jumlah pasien positif kerap terjadi di Korsel.

Otoritas kesehatan di negeri ginseng saat ini melacak ratusan anggota jemaat gereja dan menutup beberapa markas militer, demi menekan penyebaran COVID-19.

Baca Juga: Buka-bukaan soal Kondisi Anaknya, Melaney Ricardo Menangis Ungkap Perjuangan si Bungsu untuk Sembuh

Tendensi itu dilakukan karena kasus terus bertambah dari jemaat gereja yang tidak mengindahkan imbauan isolasi mandiri.

Saat ini, dilaporkan Reuters, konfirmasi Covid-19 di Korea Selatan mencapai angka tiga digit selama lima hari berturut-turut.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) mengumumkan 246 kasus COVID-19 baru per Senin 17 Agustus 2020, atau dua hari setelah pemberlakuan kembali pembatasan sosial di Kota Seoul.

Baca Juga: [UPDATE] Kasus Virus Corona Indonesia per 18 Agustus 2020 Naik Jadi 143.043 Orang

Sejauh ini, 15.761 orang di Korsel positif tertular COVID-19 dan 306 di antaranya meninggal dunia.

Kurang lebih 383 kasus baru ditemukan di Gereja Sarang Jeil, Selasa. Gereja itu jadi klaster penyebaran baru setelah 10 anggotanya positif tertular COVID-19.

Pasien positif itu sempat ikut unjuk rasa anti pemerintah di Seoul selama dua akhir pekan terakhir, kata Wakil Menteri Kesehatan Korsel Kim Gang-lip saat jumpa pers, Senin.

Baca Juga: Truk Ringsek Menabrak Tebing di Cipanas Cianjur, Sopir Tewas Terjepit Kabin

Otoritas kesehatan setempat langsung melacak ratusan jemaat untuk meminta mereka menjalankan isolasi mandiri dan menjalani pemeriksaan mengingat adanya risiko penularan yang tinggi, kata Kim.

Dua kasus baru juga ditemukan dari kalangan militer sehingga total pasien positif dari klaster markas militer mencapai 88 jiwa, kata Kementerian Pertahanan.

Sebanyak 461 anggota militer masih menjalani karantina dan seluruh tentara diminta tetap berada di pangkalannya masing-masing. Sejak adanya temuan kasus positif, izin cuti dan kunjungan selama Agustus 2020 dibatalkan.

Baca Juga: Triump Luncurkan 5 Motor Baru di Indonesia, Termurah Dijual Rp 390 Juta

Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun menggelar pertemuan darurat, Selasa, untuk membahas perluasan pembatasan secara nasional, demikian laporan Yonhap, kantor berita resmi setempat.

Pembatasan tahap dua telah berlaku di Kota Seoul. Artinya, pertemuan di dalam ruangan terbatas untuk kurang dari 50 orang, sementara pertemuan di luar ruangan hanya dapat diikuti kurang dari 100 orang. Pertandingan olahraga juga tidak boleh disaksikan langsung oleh masyarakat.

Otoritas kesehatan di Korsel membagi aturan pembatasan sosial ke dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan tingkat pembatasan terendah dan tahap tiga merupakan tingkat pembatasan paling ketat.

Jika pembatasan tahap tiga diberlakukan, sekolah wajib ditutup, pelaku bisnis akan dianjurkan menjalankan kegiatannya dari rumah, dan pertemuan hanya boleh diikuti kurang dari 10 orang.

"Kami masih mengawasi situasi ini dengan tetap membuka segala kemungkinan (menaikkan tingkat pembatasan jadi tahap tiga)," kata Kim saat diwawancarai awak media.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat