kievskiy.org

Dunia Waspadai Disease X yang 20 Kali Lebih Mematikan dari Covid-19, Bakal Jadi Pandemi Baru?

Ilustrasi pandemi.
Ilustrasi pandemi. /Pixabay/13452116

PIKIRAN RAKYAT - WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperingatkan dunia soal potensi kemunculan Disease X yang diklaim 20 kali lebih mematikan dari Covid-19. Hal itu disinggung Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Ghebreyesus mengatakan, banyak ilmuwan dunia menganggap Covid-19 sebagai Disease X yang pertama. 

Disease X merupakan patogen mematikan yang banyak dikaitkan dengan virus pernapasan. Bahkan, para ilmuwan sepakat tentang kemungkinan penyakit ini sudah beredar pesat di spesies hewan, namun belum menular ke manusia.

Contohnya, Covid-19 mulanya hanya beredar di antara hewan kemudian bermutasi ke manusia sehingga beredar di antara manusia.

Oleh karena itu, para ahli sedang mempersiapkan mitigasi agar risiko Disease X selanjutnya bisa ditekan seminimal mungkin.

Upaya-upaya yang dilakukan di antaranya membantu keuangan negara-negara yang masih minim biaya untuk mengatasi pandemi,  kesetaraan vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah, dan membuat pusat intelijen pandemi dan epidemi untuk meningkatkan pengawasan kolaboratif antarnegara.

Semua pihak harus kompak

Pakar kesehatan dari Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Dr. Amesh Adalja, turut menanggapi pengumuman WHO terkait peringatan Disease X itu. Dia tak menampik adanya potensi pandemi masa depan dengan penularan lebih cepat dan tingkat kematian sangat tinggi.

"Ada jenis virus yang memiliki tingkat kematian sangat tinggi yang dapat mengembangkan kemampuan untuk menularkan secara efisien dari manusia ke manusia," ujar Dr. Amesh Adalja kepada CBS News, Sabtu, 20 Januari 2024.

Meski begitu, Adalja menilai, badai Covid-19 seharusnya dijadikan pelajaran penting oleh semua pihak. Dia meminta ahli kesehatan, pemerintah, dan masyarakat tidak lagi terpecah belah opininya terkait pandemi.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah timbulnya ketidakpercayaan antara dokter dan masyarakat, karena isu ini kerap dicemari oleh kepentingan politik," tuturnya. "Contoh paling konkret, masyarakat tak acuh dengan imbauan protokol kesehatan yang diinstruksikan pemerintah," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat