PIKIRAN RAKYAT - Dengan runtuhnya sistem perawatan kesehatan di Gaza, dokter asal Prancis bernama Zouhair Lahna bertekad untuk kembali dan menjadi sukarelawan di sana sekali lagi. Namun, pria yang telah dievakuasi ke Mesir itu tidak yakin kapan rencana tersebut akan mungkin dilakukan.
Untuk saat ini, dia akan kembali ke Prancis untuk memeriksa "pekerjaannya yang lain" dan menghabiskan waktu bersama keluarganya, yang mungkin memiliki waktu yang lebih sulit daripada yang dia lakukan. Sebab, semua yang keluarganya lakukan adalah mengkhawatirkannya ketika dia berada di Gaza.
Zouhair Lahna yakin semua Rafah akan segera diduduki oleh pasukan Israel penjajah, yang akan mematikan bagi ratusan ribu warga Palestina di sana.
"Dunia ini buta," ucapnya.
Zouhair Lahna mengaku kecewa bahwa serangan Rafah kemungkinan akan terus terjadi meski ada peringatan dari masyarakat internasional, yang belum mampu menghentikan Israel penjajah melakukan kekejaman massal.
"Hak asasi manusia adalah lelucon. PBB adalah lelucon besar," ujarnya.
Zouhair Lahna percaya genosida itu adalah konflik Amerika Serikat seperti halnya Israel penjajah, dengan AS menyetujui tambahan 17 miliar dolar (Rp272,5 triliun) bantuan kepada sekutu utamanya di Timur Tengah bulan lalu.
Baginya, para mahasiswa yang memprotes di seluruh dunia, khususnya di AS, yang menentang serangan Israel penjajah yang sedang berlangsung tahu nilai hak asasi manusia. Namun ketika menyangkut orang-orang Palestina, mereka menyadari bahwa nilai-nilai ini tidak berlaku dan semakin kecewa dengan pejabat terpilih mereka serta keadaan dunia.
Kekecewaan itu dikenakan pada dokter itu sendiri, tetapi dia mengatakan bahwa itu juga memperkuat tekadnya untuk menawarkan keahliannya kepada orang-orang di zona perang di seluruh dunia, termasuk Gaza.