kievskiy.org

Hasil Panen Padi di Karanganyar Anjlok

PETANI di Desa  Karanganyar, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka sedang memanen sawahnya di Blok Kodawungu, Desa Karanganyar. Hasil panen MT II anjlok hingga lebih dari 50 persen dari biasanya akibat kekeringan.*
PETANI di Desa Karanganyar, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka sedang memanen sawahnya di Blok Kodawungu, Desa Karanganyar. Hasil panen MT II anjlok hingga lebih dari 50 persen dari biasanya akibat kekeringan.*

MAJALENGKA,(PRLM).- Para petani di Desa Karanganyar, dan Pasirmalati, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka mengeluhkan anjloknya hasil panen padi lebih dari setengahnya dari biasanya. Kondisi tersebut akibat kekeringan dan serangan hama wereng cokelat. Menurut keetrangan para petani ditemui sedang panen di sawahnya karena tanaman yang kekeringan tersebut kini kondisi bulir padi jadi kecil, tanaman juga lebih pendek dari baisanya. Karenanya hasil panenpun turun dari biasanya. Dari satu hektare sawah yang biasanya mampu dipanen hingga 4 tonan, kini paling bisa dipanen sekitar 1,5 tonan saja. “Sudah dua kali tanam merugi, pada MT satu rugi karena seranga hama yang sangat mengganas, keong dan tikus serta bebeluk, sekarang panen MT dua sawah semua kekeringan sejak mulai tanam, yang tumbuh subur justru rumput,” papar Siti Sarifah seorang petani asal Desa Karanganyar yang lokasi sawahnya berada di Blok Cibuluh. Aliran sungai Cicadas yang tak jauh dari sawahnya mengering sehingga tidak bisa dipompa, sumur pantek juga tidak bisa dibuat. Hal senada juga disampaikan Odang petani lainnya yang menggarap lahan di Blok Kodawung, hasil panenya hanya sekitar 2,5 ton saja per hektare. Itu belum diambil catu (upah panen) yang pembagiannya 6 kg berbanding 1 kg untuk upah. “Tahun ini banyak petani yang merugi karena kekeringan dan serangan hama wereng. Paling banyak dari setiap hektare lahan sawah hanya dipanen sekitar 4 tonan itu belum diambil catu. Hasil panen 4 ton itu yang mendapat pengaran cukup dan minim serangan hama,” jelas Odang. Karena jeleknya kondisi padi yang akan dipanen, buruh panenpun sulit diperoleh. Buruh panen enggan ikut memanen karena tenaga yang dikeluarkan tidak akan sebanding dengan perolehan hasil panen. Makanya tak heran bila banyak petani yang terpaksa memenen sawahnya sendiri, seperti yang dilakukan Siti Latifah dan Weni. Siti Latifah harus memanen sawahnya sendiri seluas 3 bau karena tidak ada yang bersedia ikut panen, awalnya dia menyuruh 5 orang buruh, namun ternyata hanya datang satu orang saja, selebihnya tidak datang ke sawah. “Miarangna mah limaan nu panen teh tapi mung dongkap hiji (Menyuruh lia orang yang panen tapi hanya datang satu orang,” kata Siti. Bila kondisi tanaman padi kurang baik menurut Weni dan Siti, buruh tani jarang yang bersedia menanen. Makanya banyak petani yang terpaksa panen sendiri. “Bila tidak segera dipanen khawatir ketinggalan panen, bila itu terjadi maka tikus akan menyerbu sebab makanan di tempat lain sudha tidak ada,” kata Weni. Seperti diketahui berdasarkan data di Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka ada sekitar 600 hektare sawah yang mengalami kekeringan. Kondisi terparah berada di Kecamatan Ligung, Jatitujuh dan Kertajati. Sebagian areal kini telah dipanen, sebagian menjelang panen karena masih hijau, dan sebagian lagi diperkirakan akan mengalami puso.(Tati Purnawati/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat