MAJALENGKA,(PRLM).- Para petani di Desa Pilangsari dan Panyingkiran hampir seluruhnya terlambat melakukan tanam padi, sementara bibit ada yang sudah berusia 40 hari. Sebagian petani kini terpaksa melakukan tanam kering dengan cara dilanja (sunda:diaseuk). Dari luas sareal sawah sekitar kurang lebih 400 hektare di Desa Pilangsari baru seluas 5 persennya saja yang sudah ditanami. Selebihnya masih mengering dan kondisi sawah baru ditraktor kering. Di beberapa sudut petakan sawah ada persemaian bibit yang sudah setinggi kurang lebih 30 cm hingga 40 cm. Sejumlah persemaian bibit nampak ada yang menguning menandakan tak tersirami air. Sejumlah petani di beberapa blok seperti di Blok Anggararahan, Cipaku, Kaenmalang, Radenan serta sejumlah wilayah lainnya terpaksa melakukan tanam kering dengan cara diaseuk, lubang aseuk kemudian dibanjur dengan air mengunakan cibuk plastik yang airnya mereka ambil dari sumur serta genangan air sejauh ratusan meter, agar tanah basah setelah itu baru ditanami bibit padi dari persemaian. Menurut keterangan Ari, Carsa, Carkiah, Oneng dan Erna cara seperti itu terpaksa dilakukan karena menunggu hujan tidak juga datang, sementara bibit tanaman semakin tua. Hanya menurut mereka cara yang dilakukan para petani ini untung-untungan karena bila dua hari setelah ditanam tidak turun hujan maka risikonya tanaman akan mati. “Ini sih ngadu milik, beradu dengan nasib. Kalau nasib baik mungkin turun hujan dan tanaman bisa basah sehingga tumbuh, kalau dalam kurun waktu dua hari tidak aa hujan ya resikonya tanaman kering, petani rugi,” ungkap Carsa ditemui sedang menyirami lubang aseuk. Untuk menyiram lubang aseuk Carsa mengambil air dari sumur pompa sejauh 500 meteran dengan menggunakan jeriken. Hal yang dilakukan petani lainnya di Blok Cipaku, sekitar 8 orang sedang melakukan tanam kering. Bibit tanaman milik Sarkiman sudah mencapai 40 hari. Makanya dia mengaku nekat menanam bibitnya yang sudah tinggi di lahan kering. Untuk mengairi lubang aseuk dia mengambil air sejauh 700 meteran dari genangan air di selokan. Salah seorang tokoh masyarakat setempat Udin Wiradikarya mengatakan kondisi tanam seperti ini baru terjadi tahun ini karena rendahnya curah hujan. Akibatnya dari luas sawah sekitar 400 hektare baru sebagian kecil saja yang ditanami. “Seluruh areal sawah di wilayah kami sawah tadah hujan, sehingga ketika curah hujan kecil otomatis petani tidak bisa tanam.” ungkap Udin. Kalupun ada saluran air yang biasanya air dialirkan dari Situ Cibeureum dan Anggararahan, kondisi kedua situ kini mengering sejak hampir setahun yang lalu. Yang tumbuh di kedua situ setelah musim penghujan adalah rumput, sebagian lagi ditanami palawija oleh para petani. Sebetulnya, menurut Udin, air tersedia di sungai Cibuaya namun harus ditarik menggunakan pompa berkapasitas tinggi kemudian airnya dialirkan menggunakan pipa sejauh kurang lebih 3 km. Kini untuk mengalirkan air sulit karena tidak tersedia pompa besar. Atau memompa air dari embung-embung milik Pabrik Gula Jatitujuh. "Untuk beberapa wilayah bisa menarik air dari Cibuaya, karena sungai Cibuaya sudah berair, namun pompa dan pipa tidak ada,” kata Udin. Selama ini menurutnya air sungai Cmanuk Barat dan Saluran Induk Cipelang tidak memberikan manfaat bagi petani di wilayahnya. Yang bisa memanfaatkan air dari kedua sungai tersebut hanya sebagian desa di Jatitujuh seperti Pangkalanpari, Jatiraga, Babadjurang, Putridalem, sebagian dan sebagian Panyingkiran. Makanya kata Udin petani berharap saluran irigasi bisa dibangun di wilayahnya sehingga areal pesawahan yang selama ini hanya sawah tadah hujan bisa ditanami dua kali seperti halnya pesawahan di dearah lainnya.(Tati Purnawati/A-147)***
Bibit Sudah Tua, Petani Terlambat Tanam Padi
![SEJUMLAH petani sedangn menanam padi di lahan kering di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh, Jumat (8/1/2016).*](https://assets.pikiran-rakyat.com/www/2019/desktop/images/blank1x1.png)
SEJUMLAH petani sedangn menanam padi di lahan kering di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh, Jumat (8/1/2016).*
Terkini Lainnya
Tags
padi
petani
bibi
irigasi
pompa
pipa
sawah
kering
Situ
hujan
blok
sungai
Artikel Pilihan
Terkini
Drs Kusmana Hartadji, MM: Konsisten Jalankan Amanah
KPU Umumkan Anggota KPU Jabar 2023-2028, Berikut Daftarnya
Waspada Angin Kencang di Empat Wilayah Jawa Barat, BMKG Beberkan Faktor Penyebabnya
Tangis Haru Dandim 0625 Letkol Yusuf Andriyanto Saat Tinggalkan Pangandaran
Sejoli Mesum Asal Garut Pemeran Video Live Streaming Asusila Ditangkap Polisi
Polling Pikiran Rakyat
Terpopuler
Prediksi Skor AS Roma vs FK Kosice, Dilengkapi Starting Line-up Pemain
Sandiaga Uno Khawatirkan Kekuatan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar: Rekam Jejak Baik, Survei Unggul
Produsen Roti Aoka Bantah Pakai Pengawet Kosmetik: Kami Kantongi Izin Edar, dan Aman bagi Kesehatan
Prediksi Skor Persib Bandung vs Borneo FC Piala Presiden 22 Juli 2024: Statistik, Head to Head, Susunan Pemain
Jusuf Kalla: Masjid Harus Bisa Memakmurkan Jemaah, Tak Melulu Dimakmurkan Jemaah
LDII Kota Bandung dan Pemerintah Sinergi Tangani Judi Online dalam FGD Road to Musda VIII
Prediksi Skor Persis Solo vs PSM Makassar Piala Presiden 22 Juli 2024: Statistik, Head to Head, Susunan Pemain
Penjajahan Israel Ilegal, Menlu Retno Layangkan Tuntutan
Sodium Dehydroacetate Ternyata Bisa untuk Roti, Viral Gegara Disebut Bahan Berbahaya dalam Roti Aoka
Sejarah Stasion Radio Tjililin, Sinyal Pertama Penghubung Cililin-Belanda
Berita Pilgub
Calon Gubernur NTB 2024 Paling Top, Terkuat dan Berpengaruh. Ini Sosoknya
Drama Politik Bali: PKB Siap Usung Wayan Koster di Pilgub 2024
Jelang Pilkada 2024, Kominfo Ingatkan Pers Jadi Mata Rakyat dan Objektif
Top 8 Bakal Calon Gubernur Papua 2024 Terkuat dan Paling Berpengaruh, Siapa Saja Mereka?
Pilgub Jatim 2024: Koalisi PKB-PDIP Siap Gulingkan Khofifah-Emil
Pikiran Rakyat Media Network
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor 999/DP-Verifikasi/K/V/2022