kievskiy.org

PMI Majalengka Kewalahan Layani Permintaan Darah

PETUGAS PMI Majalengka sedang memeriksa darah di lemari pendingin yang nyaris habis. Kebutuhan darah di PMI Majalengka setiap bulannya mencapai 1.500 sementara hanya terpenuhi 1.000 labu per bulan.*
PETUGAS PMI Majalengka sedang memeriksa darah di lemari pendingin yang nyaris habis. Kebutuhan darah di PMI Majalengka setiap bulannya mencapai 1.500 sementara hanya terpenuhi 1.000 labu per bulan.*

MAJALENGKA,(PRLM).- Kasus penderita DBD di Kabupaten Majalengka terus meningkat. Palang Merah Indonesia (PMI) di Majalengka pun kewalahan memenuhi kebutuhan darah dan trombosit karena tingginya permintaan darah dari pasien yang menderita berbagai jenis penyakit. Malah kebutuhan trombosit tidak bisa dipenuhi karena belum adanya alat medis untuk memilah trombosit sehingga pasien terpaksa harus mencari ke luar kota. Menurut keterangan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka dr Gandana Purwana selama kurun waktu sebulan terakhir ada sebanyak 50 kasus penderita DBD yang menjalani perawatan di Rumah Sakit, penderita kebanyakan anak-anak. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibanding pada tahun lalu di bulan yang sama. Karena tahun lalu di bulan Januari hanya tercatat sebanyak 30 kasus saja, demikian juga dibulan berikutnya di saat musim ghujan. “Data yang kami terima itu berdasarkan laporan dari Rumah Sakit,” kata Gandana. Ketika disinggung adanya kasus penderita DBD yang meninggal menimpa Ujana (5) balita asal RT 4 RW 02, Desa Bantarjati, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka pada minggu kemarin, Gandana menolak adanya tuduhan tersebut, karena menurutnya semua penderita bisa ditangani pihak medis dan dinyatakan selamat. “Kami hanya mempercayai keterangan dari Rumah Sakit sesuai diagnosis dokter,” katanya. Untuk penanganan pencegahan penyakit DBD tersebut, Gandana disertai Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Tris Suseno mengatakan Pemerintah Kabupaten Majalengka sudah mengeluarkan surat instruksi Bupati agar seluruh masyarakat berupaya meningkatkan pemberantasan sarang nyamuk lewat 3M plus mencegah gigitan nyamuk, melaksanakan prilaku hidup bersih, mengaktifkan kembali kelompok kerja operasionel pengendalian DBD di berbagai tingkatan mulai RT, RW, desa atau kelurahan serta meningkatkan kapasitas SDM pengendalian DBD, diare serta para kader kesehatan di masyarakat. Selain itu pemberian bubuk abatte kepada masyarakat yang wilayahnya dianggap endemis DBD. “Fooging itu bukan solusi terbaik untuk pencegahan penularan DBD, karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa sementara jentiknya akan tetap hidup bila sarangnya tidak dibersihkan,” kata Gandana. Meski demikian menurut gandana pihaknya berupaya memenuhi keinginan masyarakat bagi nyang daerahnya menginginkan di fogging. Sementara itu PMI Kabupaten Majalengka menurut Kasie Pelayanan Pelestarian Donor Darah PMI Majalengka, Rahmat, kini kewalahan menyediakan stok darah, setiap bulannya dibutuhkan hingga 1.500 labu darah sedangkan PMI hanya mampu menyediakan sebanyak 1.000 labu darah saja. Sisanya PMI harus mencari ke luar daerah. “Setiap bulan Desember hingga Maret permintaan darah dan trombosit selalu meningkat, diluar pasien rutin yang melakukan cuci darah banyak penderita DBD yang butuh transpusi darah dan trombosit,” kata Rahmat. Hanya saja menurutnya PMI Majalengka belum mampu menyediakan trombosit karena mahalnya peralatan yang harus dibeli. Sehingga pasien yang butuh trombosit terpaksa harus mencari ke luar daerah seperti Cirebon.(Tati Purnawati-Kabar Cirebon/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat