kievskiy.org

Masjid Tertua di Majalengka Dibangun Abad ke-15

DIAT (60), marbut Masjid Jami Darussalam di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Maalengka berdiri di antara pilar masjid yang dibangun pada abad ke-15 itu, Minggu 12 Juni 2016.*
DIAT (60), marbut Masjid Jami Darussalam di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Maalengka berdiri di antara pilar masjid yang dibangun pada abad ke-15 itu, Minggu 12 Juni 2016.*

MAJALENGKA,(PR).- Masjid Jami Darussalam yang berada di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka adalah masjid tertua di Kabupaten Majalengka yang diperkirakan dibangun abad ke-15 oleh anak buah Sunan Gunung Djati. Kabarnya mesjid tersebut pernah disinggahi pula oleh H Agus Salim dan HOS Cokroaminoto. Para pembantu Sunan Gunung Djati yang membangun masjid tersebut di antaranya adalah Ki Gedeng Pancuh, Ki Gedeng Curug Landung, Ki Gedeng Magelung, Ki Gedeng Babadan, Ki Gedeng Sawit, Ki Gedeng Keked, Ki Gedeng Bango Dua dan Ki Gedeng Hanjatan. Menurut keterangan, marbut Masjid Jami Darussalam, Diat (60), masjid iu kini sudah mengalami tiga kali revovasi namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Renovasi pertama dilakukan tahun 1975 kemudian Tahun 1982 dan Tahun 2003. Masjid tersebut kini diperlebar ke arah samping kiri dan kanan masing-masing 10 meter dan ke depan sekira 8 meter. Masjid aslinya hanya berukuran sekitar 10x12 meter. Di bagian tengah terdapat empat tiang kurang lebih setinggi 9 meter sebagai peyangga bangunan. Tiang di bagian bawah konon terbuat dari batu karang yang disambung-sambungkan setinggi kurang lebih 3 meter. Tiang disambung dengan kayu jati berbentuk persegi 2X2 m. Di samping kiri dan kanan mimbar terdapat dua ruangan kecil ukuran 3X2 m. Ruangan tersebut kini dipergunakan sebagai tempat penyimpanan peralatan audio dan lainnya sedangkan ruang samping kanan dipergunakan sebagai tempat penyimpanan seluruh perabotan perang peninggalan anak buah Sunan Gunung Djati yang sebagian di antaranya masih utuh seperti tombak yang berjumlah 25 serta 4 keris, serta kursi Ki Gedeng Sawit. Peninggalan yang masih tersisa dan asli lainnya adalah bedug kayu jati berdiameter 80 cm dengan panjang 1 m. Selama ini, pemerintah desa setepat hanya mengganti kulit bedug setiap tiga tahun sekali. “Katanya bedug dibuat kembar tiga dari satu pohon jati. Satu bedug disimpan di masjid Gunung Djati yang terbuat dari pangkal jati, satu bedug di Banten dan satu lagi di Karangsambung,” ujar Diat.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat