kievskiy.org

Perajin Minyak Kelapa Kesulitan Bahan Baku

PERAJIN minyak di Lingkungan Burujul, Kelurahan Cigembor, Kecamatan/Kabupaten Ciamis, beberapa waktu lalu. Saat ini para perajin kesulitan mendapat bahan baku kelapa, sehingga harus mendatangkan dari luar Pulau Jawa.*
PERAJIN minyak di Lingkungan Burujul, Kelurahan Cigembor, Kecamatan/Kabupaten Ciamis, beberapa waktu lalu. Saat ini para perajin kesulitan mendapat bahan baku kelapa, sehingga harus mendatangkan dari luar Pulau Jawa.*

CIAMIS,(PR).- Perajin minyak kelapa di tatar galuh Ciamis kesulitan mendapatkan bahan baku kelapa lokal. Mereka terpaksa mendatangkan bahan baku dari beberapa daerah di luar Pulau Jawa. "Kami terpaksa membeli kelapa dari Jambi dan sekitarnya. Kelapa lokal tidak masuk kriteria, karena kandungan minyaknya sedikit," ungkap perajin minyak kelapa dan galendo Ciamis, Endut Rohadi (63). Minggu, 20 November 2016. Endut mengatakan, akibat terbentur bahan baku, beberapa perajin terpaksa tidak lagi meneruskan usahanya. Di wilayah Cigembor dan Benteng yang selama ini menjadi sentra produksi minyak klentik atau minyak kelapa dan galendo, jumlah perajinnya kurang dari sepuluh orang. "Alasan utamanya karena terkendala bahan baku. Hal lainnya adalah harga kelapa yang juga terus naik, ditambah pasokan tidak rutin. Saat ini harga kelapa mencapai Rp 4.000 per butir. Kelapa lokal banyak yang muda, sehingga tidak masuk kriteria," jelas Endut. Dia mengatakan, rata-rata membutuhkan 1.000 butir kelapa tua per hari. Setelah diolah menghasilkan 80 kilogram galendo dan 100 kilogram minyak klentik yang dijual dengan harga saat ini Rp 23.000 per liter. Minyak kelapa produksi Benteng dan Cigembor mampu bertahan selama 6 bulan-1 tahun. "Pemasaran minyak goreng, untuk lokal dan melayani pesanan dari luar daerah. Banyak juga yang dikirim ke Jakarta dengan kemasan 250 mililiter. Soal daya tahan minyak, juga tergantung penanganan," ungkapnya. Lebih lanjut Endut mengatakan saat ini perajin lebih mengandalkan produksi galendo dibandingkan minyak kelapa. Salah satu alasannya, karena harga galendo jauh lebih mahal dibandingkan minyak kelentik. "Semula yang menjadi andalan minyak kelentik, akan tetapi sekarang lebih fokus galendo. Kami juga terus melakukan inovasi produk galendo. Selain dengan varian rasa, juga sudah memakai kemasan aluminium foil yang kedap udara. Meski demikian juga tetap memertahankan yang tradisional," katanya. Perajin minyak kelapa lain di Cigembor, Nana juga mengungkapkan kesersediaan bahan baku menjadi kendala perajin minyak klenetik dan galendo. Rata-rata sekali produksi, lanjutnya membutuhkan sebanyak 300 butir kelapa tua. "Sebelumnya rutin mendapat kiriman 600 butir per bulan, sekaramg paling juga tidak sampai 200 butir. Sebagian besar kelapa lokal, sekitar Ciamis saja. Akibat permintaan kelapa banyak, akan tetapi suplay sedikit, harga menjadi mahal," ungkapnya. Sebelumnya, Bupati Ciamis Iing Syam Arifin pada tahun 2016 menggelorakan semangat penanaman pohon kelapa di seluruh wilayah tatar galuh Ciamis. Program yang dinamakan Gema Balaka (Gerakan Masyarakat Bebarengan Malak Kalapa) pada tahun 2016 menargetkan 1 juta pohon.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat