kievskiy.org

Aher: Ubah Perilaku Terhadap Air

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menanam benih ikan di tengah perairan Waduk Jatigede dalam memperingati 'Hari Air Dunia ke-25 tahun 2017' di bendungan utama Waduk Jatigede, Kec. Jatigede, Kamis, 27 April 2017.*
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menanam benih ikan di tengah perairan Waduk Jatigede dalam memperingati 'Hari Air Dunia ke-25 tahun 2017' di bendungan utama Waduk Jatigede, Kec. Jatigede, Kamis, 27 April 2017.*

SUMEDANG, (PR).- Peringatan Hari Air Dunia yang ke-25 tahun 2017, harus dimaknai dengan merubah perilaku masyarakat terhadap air. Masyarakat harus menjaga dan melestarikan air sebagai sumber kehidupan manusia. Hal tersebut diutrakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela acara Hari Air Dunia ke-25 tahun 2017 bertema “Water and Wastewater/Air dan Air Limbah” di bendungan utama Waduk Jatigede, Kec. Jatigede, Kamis, 27 April 2017. “Manfaatkan air sebaik-baiknya dengan menjaga dan melestarikannya, baik kualitas maupun kuantitasnya,” ujarnya. Hadir dalam acara tersbut, di antaranya Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Nana Nasuha Djuhri, Bupati Sumedang Eka Setiawan, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Charisal Akdian Manu, dan Kepala Satuan Kerja (Satker) Projek Pembangunan Waduk Jatigede Harya Muldiyanto. Menurut dia, merubah prilaku masyarakat dengan menjaga dan melestarikan air, dinilai sangat penting yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat Jawa Barat. Apalagi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah air tawar terbanyak di Indonesia. Hal itu, sehubungan di Jawa Barat banyak sungai dan pegunungan sebagai sumber air yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, menurut dia, sudah sewajarnya masyarakat menjaga dan melestarikan sumber daya air tersebut. “Prilaku menjaga dan melestarikan air harus menjadi budaya masyarakat Jawa Barat,” tuturnya. Hanya saja, Aher menyebutkan, sekarang ini persediaan air tawar semakin menyusut. Kondisi itu dampak prilaku negatif masyarakat yang boros menggunakan air. Selain itu, penggunaan air tidak teratur dan cenderung menyalahi aturan. Dia mencontohkan, air limbah rumah tangga, industri, dan pertanian dibuang begitu saja ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu menjadi air bersih. Akibatnya, air sungai yang bersih terkotori. “Air dari hulu sungainya bersih, tapi sampai ke tengah jelek. Sampai ke hilir tambah jelek lagi akibat terkotori limbah. Ini masalahnya. Membuang sampah dan limbah ke sungai itu dosa, seperti digariskan dalam aturan agama,” ujar pria yang akrab disapa Aher itu. Lebih jauh ia menjelaskan, sebagai sumber kehidupan, kualitas dan kuantitas air dari hulu sampai hilir harus herang ngagenclang (bersih dan bening-red). Itu bisa dilakukan dengan menanam pohon di daerah hulu sungai dan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Penggunaan airnya pun harus dihemat supaya kuantitasnya airnya terjaga. Limbah rumah tangga, industri, pertanian dan peternakan, harus diolah sampai bersih sehingga tidak mengotori air sungai. “Dengan begitu, “aher” (air herang/air bersih-red) ada dimana-mana. Begitu semestinya. Jadi, menjaga dan melestarikan air harus menjadi budaya masyarakat Jawa Barat. Saya perintahkan, Dinas Sumber Daya Air, Lingkungan Hidup, Kesehatan, Kehutanan dan seluruh stakeholder untuk mengampanyekan air bersih untuk kehidupan kita semua,” ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat