kievskiy.org

Cuaca Buruk Bikin Busuk, Harga Tomat di Cianjur Melambung

SEORANG pembeli memilih-milih sayuran dan buah-buahan di salah satu lapak, di Pasar Kemisan, Cianjur, Kamis 17 Januari 2019. Harga tomat di Cianjur saat ini masih cukup tinggi, produksi petani pun relatif rendah karena faktor cuaca yang tidak bisa dipastikan kapan segera kembali normal.* SHOFIRA HANAN/PR
SEORANG pembeli memilih-milih sayuran dan buah-buahan di salah satu lapak, di Pasar Kemisan, Cianjur, Kamis 17 Januari 2019. Harga tomat di Cianjur saat ini masih cukup tinggi, produksi petani pun relatif rendah karena faktor cuaca yang tidak bisa dipastikan kapan segera kembali normal.* SHOFIRA HANAN/PR

CIANJUR, (PR).- Harga tomat di Kabupaten Cianjur melonjak sejak dua bulan terakhir. Ketersediaan dari tingkat petani diketahui minim karena terdampak kondisi cuaca yang membuat hasil produksi tomat menurun.

Di pasar, tomat bisa dijual hingga Rp 8.500 per kilogram dari semula Rp 5.500-6.500 per kilogram. Kenaikan harga, diketahui dipengaruhi oleh intensitas hujan yang tinggi sejak akhir tahun 2018, menyebabkan tomat mudah busuk, tidak matang sempurna, dan cepat jatuh dari pohonnya.

Para petani akhirnya merugi, karena produksi terus menurun sementara permintaan pasar meningkat. “Harga di petani memang tinggi, tapi tidak begitu menguntungkan karena tidak seimbang juga dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang tinggi. Tidak berdampak signifikan bagi kami,” ujar salah seorang petani Desa Sarongge, Jae, Jumat 18 Januari 2019.

Ia mengatakan, harga tomat di tingkat petani kini bisa mencapai Rp 12 ribu per kilogram, dari semula Rp 10 ribu per kilogram. Sementara untuk produksi, biasanya petani mendapatkan 4 ton tomat per satu hektare. Namun, karena hujan semakin sering turun, mereka hanya mendapat maksimal 1,5-2 ton per hektare. 

Menurut dia, tomat terus diserang hama penyakit sehingga kualitas menurun dan tidak bisa dipasarkan. Kondisi itu diakui sangat mengganggu petani, karena mau tidak mau mereka harus menggunakan pestisida agar tomat tetap bisa dipanen.

Jae maupun petani sayur lain, justru lebih mengharapkan harga tomat kembali normal. Harga di tingkat petani terkendali dengan hasil yang juga melimpah. “Kalau kondisinya seperti ini terus, kami juga tidak bisa memasok. Kualitas barang tidak cocok dengan apa yang dibutuhkan, padahal permintaan sedang tinggi-tingginya,” ucapnya.

Akhirnya, Jae yang juga memasok ke swalayan dalam dan luar Cianjur itu pun hanya bisa menginformasikan kondisi yang sebenarnya kepada kondimen. Selama ini, Jae dan petani lain bersikap transparan terkait berkurangnya ketersediaan barang.

Akan tetapi, hingga saat ini para petani  memilih untuk tetap menanam tomat. Walaupun tidak mampu memprediksi kondisi cuaca, setidaknya harus ada tomat yang diproduksi meski dalam skala kecil. “Untuk saat ini kami akal-akalan dengan cuaca. Kami terus memantau ramalan cuaca untuk jaga-jaga,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian dan KUMKM Cianjur, Himam Haris menjelaskan, pemenuhan permintaan tomat akhirnya dilakukan dengan mendatangkan komoditas tersebut dari sejumlah daerah. Diantaranya Pangalengan, Ciwidey, dan Garut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat