kievskiy.org

Harga Pangan di Jabodetabek Rawan  Naik

ILUSTRASI bawang putih.*/DOK PR
ILUSTRASI bawang putih.*/DOK PR

BOGOR,(PR).- Harga komoditas pangan di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek)  rawan mengalami kenaikan menjelang Ramadan karena bergantung pada pasokan daerah lain. Di sisi lain, Kementerian Pertanian menyebutkan sejumlah sentra produksi komoditas pangan mengalami kelebihan suplai sehingga harga di tingkat petani rendah.  

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro menuturkan, pemerintah pusat memberikan perhatian khusus kepada ketersediaan pangan dan kestabilan harga menjelang hari besar keagamaaan. Koordinasi lintas sektor antara Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Urusan Logistik terus dilakukan untuk menstabilkan harga dan menjamin ketersediaan pangan.

“Bukan hanya ketersediaan yang cukup, tetapi juga harganya tidak memberatkan konsumen, tetapi juga tidak menekan produsen,” ujar Syukur Iwantoro di Bogor, Selasa, 23 April 2019.

Berdasarkan laporan yang diterima Kementan, sejumlah daerah sentra komoditas pangan di Indonesia cenderung kelebihan suplai. Salah satu harga produksi pangan yang sedang anjlok adalah padi. Di beberapa daerah terutama di Jawa Barat, harga gabah cenderung  rendah. Untuk mencegah anjloknya komoditas tersebut, Syukur berharap pemerintah daerah dapat berperan dengan menyerap komoditas yang produksinya melimpah.

“Harga di tingkat petani yang rendah lebih jadi perhatian kami saat ini. Di beberapa kabupaten, ada bupati yang berinisiatif mengambil stok dari petani. Itu langkah-langkah yang terpuj. Petani kan ingin lebaran, makanya yang kita jaga itu ketersediaan cukup, tetapi harganya tidak terlalu menekan produsen,” kata Syukur.

Impor bawang putih

Di antara komoditas yang dibutuhkan masyarakat, Syukur mengakui saat ini pemerintah masih kesulitan memenuhi kebutuhan bawang putih dari produksi lokal. Saat ini, kebutuhan bawang putih dari petani lokal baru terpenuhi 10 persen. Oleh karena itu, pemerintah sudah melakukan langkah percepatan dengan membuka izin impor bawang putih.

“Kita memang belum berhasil meningkatkan produksi bawang putih. Secara agroklimat, bawang putih hanya bisa ditanam di dataran tinggi. Tapi sekarang ada aturan, setiap importir, 5 persen itu harus menanam,” ujar Syukur.

Melalui program tersebut, Syukur berharap pada 2021-2022 mendatang, 80-90 persen kebutuhan bawang putih di Indonesia dapat disuplai oleh petani lokal.  Sejauh ini, Indonesia baru mengandalkan beberapa sentra bawang putih seperti di dataran tinggi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara.

“Untuk meningkatkan produksi, di daerah sentral kita berikan stimulasi seperti penyediaan bibit unggul, dan mendatangkan bibit luar,” ucap Syukur.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat