kievskiy.org

Ekspor Kerajinan Tangan Bogor Lesu

PERAJIN memproduksi batik tulis Bogor dengan pewarna alami di Kampung Batik Cibuluh, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa, 27 Agustus 2019.*/ANTARA
PERAJIN memproduksi batik tulis Bogor dengan pewarna alami di Kampung Batik Cibuluh, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa, 27 Agustus 2019.*/ANTARA

BOGOR, (PR).- Eskpor kerajinan tangan buatan Industri Kecil Menengah (IKM) Kota Bogor masih lesu. Dari 4000 industri kecil menengah di Kota Bogor, kurang dari 10  produk kerajinan tangan yang mampu bersaing di pasar internasional.

Kondisi tersebut diakui Ketua Umum Asosiasi Ekportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) pusat Muchsin Ridjan seusai membuka pameran Bogor Art & Craft di Botani Square, Kota Bogor, Rabu, 4 September 2019. Menurut Muchsin, produk kerajinan dari Kota Bogor belum memenuhi keinginan pasar internasional sehingga sukar diekspor.

“Sebenarnya potensinya besar, ada beberapa yang berpeluang, seperti barang-barang dari bambu itu bisa diekspor. Perancis banyak yang minta, tapi kita enggak tahu produk dari Bogor. Saya lihat sepatu dan tasnya juga bisa bersaing, tetapi tetap harus distandarkan dengan keinginan pasar,” ujar Muchsin.

Menurut Muchsin, agar dapat menembus pasar ekspor, para IKM kerajinan tangan perlu mengetahui apa keinginan pasar terlebih dahulu. Keinginan pasar internasional bisa menjadi modal bagi para perajin untuk mengembangkan usahanya hingga pasar internasional.

“Biar baju robek, kalau disukai pasar pasti laku. Sekarang ini lifestyle jadi utama, jadi keinginan pasar harus didukung kemampuan untuk mengadobsi. Di Bogor itu kelihatannya belum ada yang sudah ekspor, ada mungkin baru alas kaki, tapi belum tahu juga sudah sejauh mana,” kata Muchsin.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Gandjar Gunawan menyebutkan, IKM Kota  Bogor bukannya belum mampu bersaing di pasar internasional. Menurut dia,  ada beberapa  IKM yang sudah tembus pasar ekspor namun diakuinya masih minim.

“Sebenarnya bukan tidak mampu, di catatan kita ada beberapa IKM yang melakukan ekspor. Tetapi Pak Wali ingin ada keberlanjutan, ada peningkatan dari tahun ke tahun.  Saat ini memang baru 5 atau 6 IKM yang sudah  ekspor. Namanya ekspor bukan berarti skala besar,  pesanan kecil sepanjang di jual ke luar negeri itu namanya tetap eksportir,” kata Gandjar.

Beberapa kerajinan tangan yang sudah dieskpor yakni produk fashion dari cetakan daun, makanan gula semut, dan serbuk minuman instan.  Mayoritas produk tersebut diekpor ke Asia seperti ke Tiongkok, dan Malaysia.  Untuk meningkatkan pelaku ekspor di tingkat IKM kerajinan tangan, Gandjar menyebut para IKM perlu belajar lebih dan diedukasi agar produknya bisa lebih mendunia.

“Harus diberi coaching,  edukasi seperti apa sih ekspor itu, harus banyak dikenalkan ke publik, didampingi, dan difasilitasi. Saat ini kan yang paling sulit mencari buyer  dari luar,” ucap Gandjar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat