kievskiy.org

Jabar Gagal Capai Herd Immunity Akhir 2021 padahal Stok Vaksin Melimpah

Warga lanjut usia mengikuti vaksinasi Covid-19 pada pelaksanaan gerai Vaksinasi Presisi di Alun-alun Ciamis, Jawa Barat, Rabu 8 Desember 2021.
Warga lanjut usia mengikuti vaksinasi Covid-19 pada pelaksanaan gerai Vaksinasi Presisi di Alun-alun Ciamis, Jawa Barat, Rabu 8 Desember 2021. /Antara/Adeng Bustomi

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Divisi Vaksinasi Jawa Barat Dedi Supandi memastikan, menjelang akhir 2021, target ­kekebalan komunal atau herd immunity di Jabar tidak tercapai. Terjadi ­penurunan ­kecepatan vaksinasi. 
 
Jawa Barat memasang target 70 persen dari total jumlah penduduk atau 37,9 juta warga tervaksinasi hingga akhir 2021. Namun hingga  7 Desember, dari 53 juta dosis vaksin yang terdistribusi, rea­lisasinya baru 43.517.256 dosis dengan rincian 66,72 per­sen dosis pertama dan 47,46 persen dosis kedua. 
 
"(Kalau dilihat) kecepatan vaksinasi kabupaten dan kota, diperkirakan tidak ada ka­­­bupaten dan kota yang mencapai target 100 persen," ujar Dedi dalam rapat kerja Pokja PWI Ge­dung Sate di Dago, Kabupaten Bandung, Rabu 8 Deember 2021.
 
 
Diakui Dedi, kecepatan harian vaksinasi di Jabar me­nurun dari puncak 464.000 dosis vaksin/­hari, kini menjadi 200.000 dosis vaksin/­hari. Meski turun, raihan ter­sebut masih terbilang tinggi dari provinsi lain. 
 
 
"Bukan karena vaksin kurang. Vaksin di Jabar banyak, bahkan surplus 2 juta. Kita tidak kekurangan," ucap dia. 
 
Sulit mencari yang mau
 
Menurut Dedi, penurunan kecepatan vaksinasi di Jabar dipengaruhi banyak faktor. Diakuinya, saat ini dia sulit menemukan warga yang ingin divaksin. 
 
"Ma­ka­nya, saya usul ke Dinas Sosial, bikin bansos asal mau divaksin,” ujarnya.
 
Selain itu, ada juga kendala karena warga tak punya KTP dan puskesmas menolak ka­lau warga tidak punya NIK. 
 
 
"Makanya, saya ingin ke Dinas Sosial dan Disdukcapil kabupaten dan kota. Saya minta kalau ada road show, tolong bikin NIK, jadi pembuatan KTP sekaligus de­ngan vaksin. Kalau tidak ada NIK, tidak bisa masuk data," ujar Dedi. 
 
Tak hanya itu, vaksinasi lansia pun yang sudah sulit semakin sulit karena sebab yang sama. 
Dengan kondisi tersebut, Dedi mendorong percepatan vaksinasi dengan sistem pemberdayaan dan melibat­kan pihak lain. Selain itu, Dedi pun punya skema menggerakan bidan desa di Jabar. 
 
"Untuk bidan desa, saat ini ada 12.500 orang, yang dapat memberi vaksin ada 9.600 orang. Kalau saja 30 orang divaksin setiap hari oleh 9.600 bidan desa, capaian vaksinasi di Jabar akan kembali meningkat," kata Dedi. 
 
Dia menambahkan, capai­an vaksinasi memengaruhi status atau level daerah. 
Sebelumnya, tanda-tanda herd immunity tidak akan tercapai mulai tampak ketika vaksinasi lansia tidak mencapai target. 
 
 
Seharusnya, pada November 2021, vaksinasi lan­sia mencapai 60 persen, tetapi baru tercapai 48 per­sen. Sa­sar­an lansia di Jabar sebanyak 3,4 juta. 
 
Dedi mengatakan, ada be­be­rapa faktor yang menjadi­kan vaksinasi untuk lansia di Jabar belum optimal. Antara lain, sulitnya lansia menuju pusat vaksinasi di lingkungannya. 
 
"Lansia cenderung kesulit­an jika harus datang sendiri ke titik vaksinasi jika tidak ada yang mengantar­kan dari keluarganya sehingga capai­annya rendah. Vaksinasi lansia ini terkadang ha­rus dilakukan secara door to door dan harus ditingkat­kan," ujar Dedi. 
 
Menurut dia, vaksinasi lansia harus dilakukan bersama-sama, khususnya antara Dinas Kesehatan Jabar, Dinas Kependu­dukan dan Pencatatan Sipil, serta Dinas Sosial.
 
"Penanganan lansia ini ada di bawah Dinas Sosial. Kenapa harus juga melibatkan Disdukcapil, karena kaitannya dengan NIK. Jadi, NIK mereka adalah NIK lama yang  tidak diperbarui," kata Dedi.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat