kievskiy.org

Atap Lapuk, Ruang Kelas di SDN 1 Ciawang Kabupaten Tasikmalaya harus Ditopang Bambu

SEJUMLAH murid belajar di ruang kelas dengan atap disangga bambu di SD Negeri 1 Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin, 30 September 2019. Kerusakan kelas tersebut membuat para siswa dan guru menggelar kegiatan belajar mengajar dengan rasa khawatir bangunan ambruk.*/BAMBANG ARIFIANTO/PR
SEJUMLAH murid belajar di ruang kelas dengan atap disangga bambu di SD Negeri 1 Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin, 30 September 2019. Kerusakan kelas tersebut membuat para siswa dan guru menggelar kegiatan belajar mengajar dengan rasa khawatir bangunan ambruk.*/BAMBANG ARIFIANTO/PR

SINGAPARNA, (PR).- Terungkap lagi, bangunan sekolah yang rusak di Kabupaten Tasikmalaya. Kali ini, di SDN 1 Ciawang yang beberapa ruangan terpaksa ditopang bambu.

Kondisi sekolah yang berlokasi di Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya itu terlihat memprihatinkan. Para murid terpaksa belajar di dalam ruang kelas yang rusak dengan atap ditopang bambu. Keterbatasan dana menjadi dalih pemerintah tak segera memperbaiki sekolah tersebut.

Dari pantauan "PR", kerusakan sekolah tersebut terbilang membahayakan siswa. Tak hanya disangga bambu, atap sekolah juga telah berlubang dan lapuk. Meski demikian, kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung.

Dedi Efendi, seorang guru mengaku kerusakan terjadi di kelas 4, 5 serta ruang guru. Atap kedua kelas tersebut ditopang masing-masing oleh dua bambu. Menurut Dedi, kerusakan sekolah sudah terjadi hampir dua tahun. "Awal kerusakan terjadi 2018," kata Dedi saat ditemui "PR" di sekolah tersebut, Senin, 30 September 2019. Di tahun itu juga, atap mulai disangga bambu.

Dia menuturkan, kerusakan bermula saat bagian atap sekolah bocor. Kebocoran membuat air hujan masuk serta membuat kayu-kayu penyangganya lapuk. Akibatnya, bagian atas bangunan turun sehingga perlu disangga agar tak roboh.

Kekhawatiran pun dirasakan Dedi ketika mengajar murid di kelas yang terancam ambruk tersebut. Kendati demikian, ia tetap menenangkan anak-anak didiknya yang mengalami perasaan serupa. "Pak moal runtuh, moal lah," ujar Dedi menirukan pertanyaan siswa dan jawabannya. Ia sebenarnya juga risau material-material di atap bangunan jatuh dan menimpa murid.

Hal yang paling dikhawatirkan Dedi adalah ketika turun hujan. Jika curah hujan deras atau berlangsung lama, ia mengaku bakal mengungsikan para siswa ke bangunan madrasah yang lokasinya dekat dengan sekolah. Bila tetap meneruskan kegiatan belajar mengajar di tengah guyuran hujan, bangunan sekolah tersebut bisa ambruk.

Kepala SD Negeri 1 Ciawang Awang Munawaroh mengatakan hal serupa. "Belajar tetap semangat cuma resah karena takut terjadi sesuatu," ucap Awang.

Menurutnya, atap ditopang bambu lantaran pernah terjadi adanya material yang jatuh serta kondisi bagian atas bangunan lapuk. Ia menambahkan, jumlah siswa kelas 4 mencapai 16 anak. Sedangkan kelas 5, jumlahnya 19 anak. Sejumlah upaya agar perbaikan segera dilakukan telah dilakukan pihak sekolah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat