CIREBON, (PR).- Fokuskan bisnis ke angkutan kargo, Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) menggratiskan sejumlah biaya selama setahun. Di antara komponen yang digratiskan yakni biaya landing pesawat.
Sedangkan untuk komponen biaya lainnya, ada pengurangan atau diskon. Selain itu, pihak BIJB juga memberikan sejumlah insentif.
Tawaran tersebut disampaikan Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis PT BIJB, Agus Sugeng Widodo, saat rapat penyelesaian teknis kasus ekspor impor produk perikanan yang digelar Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) di kantor Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Cirebon, Selasa, 8 Oktober 2019.
Tawaran tersebut disampaikan Agus seusai Kepala SKIPM Obing Hobir As'ari mengekspos potensi ekspor dan impor produk perikanan dari wilayah Cirebon dan sekitarnya.
"Prinsip kami mendukung bisnis ekspor impor produk perikanan di wilayah Cirebon dan sekitarnya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat volumenya," katanya.
Diakui Agus, untuk angkutan penumpang karena ada sejumlah kendala, diantaranya aksesibilitas, kebiasaan masyarakat sekitar yang tidak terbiasa naik pesawat karena banyaknya pilihan moda transportasi, BIJB belum bisa menjanjikan lebih.
"Makanya kapasitas besar yang dimiliki BIJB saat ini kami fokuskan untuk angkutan kargo, dengan memberikan berbagai kemudahan dan tawaran insentif serta fleksibilitas dalam soal tarif. Bahkan untuk angkutan penumpang, parkir pesawat 6 jam pertama kami gratiskan," katanya mengungkapkan.
Terus jajaki peluang
Berbagai peluang bisnis kargo di wilayah Cirebon dan sekitarnya, termasuk sebagian Jawa Tengah, juga terus dijajaki BIJB. Hanya saja, Agus mengakui, untuk pengangkutan dengan pesawat harus produk yang mempunyai nilai tinggi, untuk mengimbangi harga.
"Pengangkutan dengan pesawat kan bicara soal dimensi dan berat, sehingga beban biaya pengangkutan harus benar-benar diperhitungkan," katanya.
Potensi ekspor meningkat
Sementara itu, Kepala SKIPM Obing Hobir As'ari mengungkapkan, potensi ekspor produk perikanan, terutama ikan beku di wilayah Cirebon, dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan volume cukup signifikan.
"Untuk tahun 2019 saja sampai September, volume ekspor produk perikanan ke sejumlah negara sudah di angka lebih dari 25,7 juta ton atau sebanyak 1.529 kali," ucapnya. Volume ekspor sebanyak itu dari 16 eksportir.
Pada tahun 2018 lalu, volume ekspor mencapai 37,1 juta ton, naik cukup signifikan dari tahun 2017 yang sebanyak 24,4 juta ton. Sedangkan untuk impor, katanya, meskipun ada tetapi volumenya tidak banyak.
Sejumlah negara tujuan utama ekspor produk ikan berupa ikan beku berbagai jenis ikan di antaranya rajungan, cumi-cumi, layur, gurita, hiu, bahkan kulit kerang, yakni Amerika Serikat, Malaysia, Thailand, Jepang, China dan Arab Saudi.
Selama ini, katanya, produk ikan diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Emas Semarang.
Selain ekspor impor, dilanjutkan Obing, pasar domestik produk perikanan dari wilayah Cirebon juga cukup besar, meski tidak sebanyak ekspor impor.
"Untuk pasar domestik lebih banyak ikan hidup untuk peliharaan seperti ikan cupang dan lohan. Sedangkan untuk konsumsi malah kecil," katanya.***