PIKIRAN RAKYAT - Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta berupaya menjadikan buah durian sebagai komoditas andalan terbaru. Namun, pengelolaan yang buruk hingga anomali cuaca menjadi kendala dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
Kepala Dispangtan Purwakarta, Sri Jaya Midan mengaku tidak bisa mengintervensi sepenuhnya karena lahan perkebunan durian itu milik warga. “Kurangnya perawatan oleh petani, terutama pada saat kemarau tidak dilakukan penyiraman, pemupukannya,” katanya, Senin, 1 Juli 2024.
Kepada Kontributor Pikiran Rakyat Hilmi Abdul Halim, ia menilai para petani dan pemilik lahan perkebunan durian perlu diedukasi. Khususnya, tentang cara membudidayakan buah durian secara baik dan benar untuk menghasilkan buah yang berkualitas.
Puncak produksi buah durian di Kabupaten Purwakarta terjadi pada awal tahun dan akhir tahun. Artinya, para petani biasanya akan melakukan panen raya pada triwulan I dan triwulan IV atau Oktober-Maret untuk setiap tahunnya.
Meskipun demikian, Midan juga tidak menutup kemungkinan produksi bisa terjadi pada triwulan II dan III. Berdasarkan data Dispangtan Purwakarta pada 2023 lalu, total produksi buah durian mencapai 25.249 kuintal atau setara 2.524.900 kilogram.
“Jumlah produksi triwulan I 11.103 kuintal, triwulan II 2.147 kuintal, triwulan III 4.009 kuintal dan triwulan IV 7.990 kuintal,” katanya. Data tersebut dikutip dari data Statistik Pertanian Hortikultura 2023.
Akan tetapi, kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini dikhawatirkan memengaruhi hasil produksi durian tahun ini. Midan beralasan, durian adalah jenis tanaman yang produksi buahnya sangat bergantung pada kondisi iklim.
Ia meyakinkan, hasil produksi dipengaruhi intensitas hujan dan paparan sinar matahari yang cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan. Sedangkan, kondisi cuaca saat ini menunjukkan hujan lebat masih turun meskipun di tengah musim kemarau yang panas dan lembap.