TASIKMALAYA, (PR).- Risiko dan potensi bencana alam semakin tinggi terjadi di Kota Tasikmalaya menjelang musim hujan. Hal tersebut terjadi sejalan dengan semakin rusaknya lingkungan akibat maraknya aktivitas penambangan pasir tanpa memerdulikan aturan.
Kepala Bidang Kajian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya Didin Syaripudin mengatakan, risiko bencana tinggi karena hilangnya kawasan serapan air lantaran praktik penambangan yang terjadi di sejumlah bukit.
"Tidak menutup kemungkinan, timbulnya erosi (longsor)," kata Didin di Kantor DLH Kota Tasikmalaya, Jalan Noenoeng Tisnasaputra, Jumat 1 November 2019.
Air hujan yang turun tak terserap karena pepohonan di bukit-bukit tersebut telah rusak bahkan lenyap.
Hujan kemudian mengikis tanah sehingga berpotensi menimbulkan longsor. Apalagi cara penambangan yang dilakukan tak memperhatikan aturan.
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/11/iDYI9xlcGfMZdiutnhkU4oIXuL49JLXx3owSh98w.jpeg)
Didin mencontohkan, teknik penambangan yang dilakukan tegak lurus bukan terasering. Tak hanya itu, pengerukan juga terus dilakukan di bagian bawah bukit demi mendapatkan pasir.
Imbasnya, para pekerja tambang berpotensi menjadi korban longsor karena cara kerja yang serampangan. Demikian pula dengan warga yang bermukim di dekat lokasi penambangan bisa menjadi korban.
Potensi bencana lain adalah banjir. Kendati Kota Tasikmalaya diklaim hanya mengalami genangan saat musim hujan, banjir bisa saja terjadi. "Karena tidak ada resapan," ucapnya.