PIKIRAN RAKYAT - Memungut dari sampah satu ke sampah lain. Begitu yang Wartono (60) lakukan saban hari dalam satu dekade terakhir demi bertahan hidup di Kota Depok.
Kala fajar mulai menyingsing, dia bergegas keluar rumah dengan menenteng capitan dan karung yang siap menampung botol-botol bekas buangan warga.
Daerah pulungannya berpusat di jantung kota, tepatnya di sepanjang jalanan raya Margonda.
Begitu matahari terbenam, dia pulang dengan karung yang penuh terisi ragam sampah kota.
"Kadang sampai tiga karung besar, saya angkut," ucap Wartono sembari menengok hasil pulungannya.
Baca Juga: 3 Bahan Alami untuk Menghilangkan Uban
Baca Juga: Provokasi Tiongkok di Natuna, Kapuspen TNI: Amankan Sesuai Hukum agar Tak Disalahkan dan Merugi
Sesampainya di rumah, hasil pulungan langsung disortir dan kemudian disetor ke bos. Dari sana, barulah dia beroleh hasil. "Ya paling banyak sehari tak sampai Rp 40.000," katanya.
Beruntung, penghasilan yang sangat minim itu tak dibagi lagi untuk membayar tempat tinggal.
Selama ini, ia bersama anak dan istrinya bernaung secara cuma-cuma di rumah kontrakan milik sang bos.